Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Sampai kapanpun Akulah Sahabatmu

Isak tangis Sahabatku yang merasa sendirian dalam kegelapan. Yang bangga dengan topeng canda tawa dan senyuman. Aku tau jiwanya sakit tersayat, aku tidak melihat karena aku merasakan. Aku pernah menasehati, namun dia malah mencaci. Dia berkata aku sok suci, dan aku dia benci. Sahabatku.. . . Dulu dia sangat bangga menatap diri di kaca. Dia merasa dirinya setara dengan dewa. Banyak yang memuja dan menyapa. Tubuhnya yang sempurna ia jadikan barang antik di etalase. Tak sembarang orang mampuh dan berani menyentuh. Namun semua orang berani dengan penuh nafsu melihatnya, bahkan memimpikannya walau semalam. Dia terlena dengan segala pujian Dia semangat dalam pertukaran Nafsu duniawi yang sesaat Tak peduli Melumpuhkan akal sehat Tidak peduli sekalipun ia tersesat Bagai iblis yang berwujud malaikat. Tak pernah peduli dengan semua nasehat. Kini. . . . dia kembali padaku tanpa kata Dengan tertunduk dan berurai air mata Dulu dia bangga meninggalkanku yang selalu ada Untuknya