Sampai kapanpun Akulah Sahabatmu
Isak tangis Sahabatku yang merasa sendirian dalam kegelapan.
Yang bangga dengan topeng canda tawa dan senyuman.
Aku tau jiwanya sakit tersayat, aku tidak melihat karena aku merasakan.
Aku pernah menasehati, namun dia malah mencaci.
Dia berkata aku sok suci, dan aku dia benci.
Sahabatku.. . .
Dulu dia sangat bangga menatap diri di kaca.
Dia merasa dirinya setara dengan dewa.
Banyak yang memuja dan menyapa.
Tubuhnya yang sempurna ia jadikan barang antik di etalase.
Tak sembarang orang mampuh dan berani menyentuh.
Namun semua orang berani dengan penuh nafsu melihatnya, bahkan memimpikannya walau semalam.
Dia terlena dengan segala pujian
Dia semangat dalam pertukaran
Nafsu duniawi yang sesaat
Tak peduli Melumpuhkan akal sehat
Tidak peduli sekalipun ia tersesat
Bagai iblis yang berwujud malaikat.
Tak pernah peduli dengan semua nasehat.
Kini. . . . dia kembali padaku tanpa kata
Dengan tertunduk dan berurai air mata
Dulu dia bangga meninggalkanku yang selalu ada
Untuknya, selamanya.
Kini kembali dengan perasaan bagai sampah yang nyata
Jujur... Aku tak peduli dia menjadi apa
Yang kutahu kami sahabat selamanya
Kulihat tubuhnya berguguran
Dia menangis dan mencaci diri
Yang dulu merasa bangga dan suci
Dia baru sadar jika hidupnya adalah titipan
Dan kini terikat penyakit teguran
Orang sekitar menjauhinya tanpa alasan
Diapun merasa hidupnya tak bisa dipertahankan
Merasa hancur dengan kenyataan
Merasa hidup tak berarti dengan bukti yang menyakitkan
Dia merasa sedih dan pilu
Seakan memikul beban yang terpaku
Kini, dia datang padaku melepaskan kesombongan
Merasa diri hina dan rusak tak tertahankan
Sahabatku, dengar aku kali ini saja
Untukmu aku akan selalu ada
Kini dan selamanya
Ini bukan kutukan, tapi pertolongan
Percayalah ini adalah kesempatan
Untuk meraih mimpi bersama tuhan
Berdoalah dan memohon ampunan
Dan jadilah berguna bagi semua orangl
Dengan apa yang kamu alami sekarang
*Bintaro 1 maret 2018*
Komentar
Posting Komentar