Keutamaan Lapar, Hidup Serba Kasar, Cukup Dengan Sedikit Saja Dalam Hal Makan, Minum, Pakaian Dan Lain-lain Dari Ketentuan-ketentuan Badan Serta Meninggalkan Kesyahwatankesyahwatan (Keinginan-keinginan Jasmaniyah)



Allah Ta'ala berfirman:
"Kemudian mereka digantikan oleh sesuatu angkatan yang meninggalkan shalat dan memperturutkan
keinginan nafsu, maka oleh sebab itu, mereka akan menemui kebinasaan. Kecuali orang yang bertaubat dan
beriman serta beramal shalih, maka mereka itu akan memasuki syurga dan tidak dianiaya sedikitpun."
(Maryam: 59-60) Allah Ta'ala berfirman pula:
"Kemudian keluarlah ia - yakni Qarun - pada kaumnya dengan perhiasannya - yang indah-indah.
Orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata: "Wahai, kiranya kita mempunyai seperti apa yang
diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia mempunyai bagian keuntungan yang besar - yakni bernasib baik
sekali. Tetapi orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan berkata: "Celaka engkau semua itu, pahala dari
Allah adalah lebih baik untuk orang yang beriman dan beramal shalih." (al-Qashash: 79-80)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Kemudian pada hari itu - yakni hari kiamat, niscayalah engkau semua akan ditanya tentang
kesenangan - dunia." (at-Takatsur: 8)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan yang sekarang, maka Kami segerakan - memberikan -
kepadanya apa yang Kami kehendaki, untuk orang yang Kami sukai, kemudian Kami jadikan untuknya neraka
jahannam, ia masuk ke dalamnya dalam keadaan tercela dan dihalaukan - terusir." (al-lsra': 18)
Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.
489. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad
s.a.w. itu dari roti gandum selama dua hari terus-menerus, keadaan sedemikian ini sampai beliau
s.a.w. dicabut ruhnya." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Tidak pernah kenyang keluarga Muhammad s.a.w. itu sejak beliau datang di Madinah dari
makanan gandum selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau dicabut ruhnya - wafat."
490. Dari Urwah dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Aisyah pernah berkata: "Demi
Allah, hai anak saudaraku, sesungguhnya kita melihat ke bulan sabit, kemudian timbul pula bulan
sabit, kemudian timbul pula bulan sabit. Jadi tiga bulan sabit yang berarti dalam dua bulan lamanya,
sedang di rumah-rumah keluarga Rasulullah s.a.w. tidak pernah ada nyala api." Saya - yakni Urwah -
berkata: "Hai bibi, maka apakah yang dapat menghidupkan anda sekalian?" Aisyah radhiallahu 'anha
menjawab: "Dua benda hitam, yaitu kurma dan air belaka, hanya saja Rasulullah s.a.w. mempunyai
beberapa tetangga dari kaum Anshar, mereka itu mempunyai beberapa ekor unta manihah, 49 lalu
mereka kirimkanlah air susunya itu kepada Rasulullah s.a.w. kemudian memberikan minuman itu
kepada kita." (Muttafaq 'alaih)
49 Mengenai pengertian apa yang disebul unta "manihah", harap dilihat dalam Hadis no. 138
491. Dari Said al-Maqburi dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia berjalan melalui kaum yang
di hadapan mereka itu ada seekor kambing yang sedang dipanggang. Mereka memanggilnya, tetapi
ia enggan untuk ikut memakannya dan ia berkata: "Rasulullah s.a.w. keluar dari dunia - yakni wafat -
dan tidak pernah kenyang dari roti gandum." (Riwayat Bukhari)
492. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. itu tidak pernah makan di atas meja sehingga beliau
wafat, juga tidak pernah makan roti yang diperhaluskan buatannya sehingga beliau wafat." (Riwayat
Bukhari)
Dalam riwayatnya Imam Bukhari yang lain disebutkan: "Juga beliau s.a.w. tidak pernah
melihat kambing yang disamit dengan matanya samasekali," disamit artinya dihilangkan bulubulunya
lalu dibakar dengan kulitnya sekali. 50
493. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Sungguh-sungguh saya
pernah melihat Nabimu semua s.a.w. dan beliau tidak mendapatkan kurma bermutu rendahpun yang
dapat digunakan untuk mengisi perutnya." (Riwayat Muslim)
Daqal adalah kurma yang bermutu rendah.
494. Dari Sahal bin Sa'ad r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat roti putih sama
sekali sejak beliau di utus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala. Kepada Sahal
ini ditanyakan: "Apakah di zaman Rasulullah s.a.w. itu engkau semua tidak mempunyai alat
pengayak?" Ia menjawab: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah melihat alat pengayak itu sejak beliau
diutus oleh Allah Ta'ala sehingga dicabut ruhnya oleh Allah Ta'ala." Kepadanya ditanyakan lagi:
"Bagaimana caranya engkau semua makan gandum kalau tidak diayak?" Ia menjawab: "Kita semua
menumbuknya dan meniupkannya,kemudian beterbanganlah benda-benda yang dapat terbang
daripadanya itu lalu mana yang tertinggal, maka itulah yang kami basahi untuk dijadikan adukan
tepung-untuk membuat roti." (Riwayat Bukhari)
Ucapannya Annaqi dengan fathahnya nun dan kasrahnya qaf serta syaddahnya ya' yaitu roti
yang berwarna putih dan itulah yang disebut darmak.
Tsarrainahu dengan tsa' mutsallatsah kemudian ra' musyaddadah lalu ya' mutsannat di
bawahnya, lalu nun, artinya kita basahi dan kita jadikan adukan tepung - guna membuat roti.
495. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pada suatu hari atau suatu malam
keluar, kemudian tiba-tiba bertemu dengan Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma, lalu beliau
bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau berdua keluar ini?" Keduanya menjawab: "Karena
lapar ya Rasulullah." Beliau lalu bersabda: "Adapun saya, demi Zat yang jiwaku ada di dalam
genggaman kekuasaanNya, niscayalah yang menyebabkan saya keluar ini adalah sesuatu yang juga
menyebabkan engkau berdua keluar itu - yakni sama-sama karena lapar - Ayolah pergi." Keduanya
pergi bersama beliau s.a.w., lalu mendatangi seorang lelaki dari kaum Anshar, tiba-tiba lelaki itu tidak
sedang di rumahnya. Ketika isterinya melihat Nabi s.a.w., lalu berkata: Marhaban wa ahlan. Selamat
datang di rumah ini dan harap mendapatkan keluarga yang baik. Rasulullah s.a.w. lalu bertanya: "Di
mana Fulan - suamimu?" Isterinya menjawab: "Ia pergi mencari air tawar untuk kita." Tiba-tiba di saat
itu orang Anshar - suaminya itu - datang. Ia melihat kepada Rasulullah s.a.w. dan kedua orang
sahabatnya, kemudian berkata: "Alhamdulillah. Tiada seorangpun yang pada hari ini mempunyai
tamu-tamu yang lebih mulia daripada saya sendiri. Orang itu lalu pergi kemudian datang lagi
menemui tamu-tamunya itu dengan membawa sebuah batang kurma - berlobang - berisikan kurma
berwarna, kurma kering dan kurma basah. lapun berkata: "Silakanlah makan."Selanjutnya ia
mengambil pisau,lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jangan menyembelih yang mengandung air susu."
Orang Anshar itu lalu menyembelih untuk tamu-tamunya itu, kemudian mereka makan kambing itu,
50 Ini adalah yang biasa dimakan oleh golongan kaum hartawan yang gemar berfoya-foya.
juga kurma dari batang kurma tadi serta minum pulalah mereka. Setelah semuanya itu kenyang dan
segar-tidak kehausan-lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam
genggaman kekuasaanNya, niscayalah engkau semua akan ditanya dari kenikmatan yang engkau
semua rasakan ini pada hari kiamat.
Engkau semua dikeluarkan dari rumahmu oleh kelaparan. Kemudian engkau semua tidak
kembali sehingga engkau semua memperoleh kenikmatan ini." (Riwayat Muslim)
Ucapannya yasta'dzibu artinya mencari air tawar dan itulah air yang bagus. Al-'izdqu dengan
kasrahnya 'ain dan sukunnya dzal mu'jamah, yaitu batang atau dahan - kurma dan lain-lain. Almudyatu
dengan dhammahnya mim atau boleh pula dikasrahkan, yaitu pisau. Alhalub ialah binatang yang
berisikan susu dalam teteknya.
Pertanyaan mengenai kenikmatan ini adalah pertanyaan tentang banyak jumlahnya
kenikmatan, bukan pertanyaan sebagai olok-olok dan penyiksaan.
Wallahu a'lam.
Adapun orang Anshar yang didatangi oleh Rasulullah s.a.w. serta kedua orang sahabatnya itu
ialah Abul Haitsam bin at-Taihan. Demikianlah dalam sebuah Hadis yang dijelaskan menurut riwayat
Termidzi dan lain-lain.
496. Dari Khalid bin Umar al-Adawi, katanya: "Utbah bin Ghazwan berkhutbah
kepada kita dan ia adalah menjabat sebagai gubernur di Bashrah. Ia bertahmid kepada Allah
serta memujiNya, kemudian berkata: "Amma ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah
memberitahukan akan kerusakannya dan akan menyingkir dengan cepatnya, maka
daripadanya itu tidak akan tertinggal melainkan sisanya yang sedikit sekati, sebagaimana
sisanya wadah yang dikumpulkan isinya itu oleh pemiliknya. Sesungguhnya engkau semua
pasti berpindah dari dunia ini, ke perumahan yang tidak akan ada lenyapnya -yakni kekal.
Maka dari itu berpindahlah dengan sebaik-baik bekal yang ada padamu semua.
Sesungguhnya saja telah disebutkan kepada kita - oleh Nabi s.a.w. - bahwa sebuah batu yang
dilemparkan dari tepi Jahanam itu lalu jatuh ke dalamnya sampai selama tujuhpuluh tahun,
tetapi belum lagi mencapai dasarnya. Demi Allah, niscayalah Jahanam itu benar-benar akan
dipenuhi, adakah engkau semua heran tentang itu? Juga niscayalah telah disebutkan kepada
kita bahwasanya antara dua daun pintu dari beberapa daun pintu syurga itu adalah berjarak
sejauh perjalanan empat puluh tahun. Niscayalah pula akan datang terhadap syurga itu
suatu hari bahwa ia menjadi penuh padat karena sesaknya - yakni berjejal-jejal orang hendak
memasukinya. Saya sendiri telah mengalami bahwa diri saya termasuk yang ketujuh dari
tujuh orang yang menyertai Rasulullah s.a.w., yang kita tidak memiliki makanan apapun,
melainkan daun-daunan pohon, sehingga banyaklah luka-luka yang timbul di rahang kita,
kemudian saya mendapatkan selembar kain, lalu saya sobeklah kain itu untuk dibagikan
antara saya sendiri dengan Sa'ad bin Malik, jadi saya bersarung dengan separuh kain itu dan
Sa'ad juga bersarung dengan separuhnya lagi.
Selanjutnya pada hari ini, seseorang di antara kita berdua itu tidaklah menjabat
melainkan sebagai seorang gubernur dari sebuah daerah dari sekian banyak daerah yang ada.
Sesungguhnya saya mohon perlindungan kepada Allah kalau saya merasa dalam diri sendiri
itu sebagai orang yang agung, sedang di sisi Allah hanyalah kecil belaka." (Riwayat Muslim)
Ucapannya adzanat, dengan madnya alif, artinya memberitahukan. Shurmun dengan
dhammahnya dhad yaitu putus atau lenyap Wallat hadzdzaa dengan ha' muhmalah yang
difathahkan lalu dzal mu'jamah musyaddadah lalu alif mamdudah, artinya cepat.
Ashshubabah dengan dhammahnya shad muhmalah, artinya sisa yang sedikit. Yatashabbuba
dengan syaddahnya ba' sebelum ha' artinya mengumpulkannya. Alkazhizh, artinya yang
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
251
banyak serta penuh padat. Qarihat dengan fathahnya qaf dan kasrahnya ra', artinya di tempat
itu banyak luka-lukanya.
497. Dari Abu Musaal-Asy'ari r.a., katanya: "Aisyah radhiallahu 'anha mengeluarkan
untuk kita - maksudnya agar kita dapat melihatnya - sebuah baju dan sarung kasar, lalu ia
berkata: "Rasulullah s.a.w. dicabut ruhnya sewaktu mengenakan kedua pakaian ini."
(Muttafaq 'alaih)
498. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Sesungguhnya saya itu niscayalah pertamatama
orang Arab yang melempar dengan panahnya fi-sabilillah. Kita semua waktu itu berperang
beserta Rasulullah s.a.w. dan kita tidak mempunyai makanan sedikitpun melainkan daun pohon
hublah dan daun pohon samurini,sehingga seseorang dari kita itu niscayalah mengeluarkan kotoran
besar sebagaimana keadaan kambing kalau mengeluarkan kotoran besarnya dan tidak dapat
bercampur dengan lainnya - yakni bulat-bulat serta kering, karena tidak ada yang dimakan."
(Muttafaq 'alaih)
Alhublah dengan dhammahnya ha' dan sukunnya ba' muwah-hadah, juga samur adalah dua
macam pohon-pohonan yang terkenal di daerah badiah yakni tanah Arab bagian pedalaman.
499. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ya Allah, jadikanlah rezeki keluarga Muhammad ini makanan sekadar menutup kelaparan."
(Muttafaq 'alaih)
Ahli lughat dan gharib - yakni yang memperbincangkan mufradat dari al-Quran dan al-Hadis
- mengatakan, bahwa artinya qut ialah sesuatu yang dimakan untuk menutup sisa hidup.
500. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Demi Zat yang tiada Tuhan melainkan Dia,
sesungguhnyaiah bahwa saya menyandarkan hatiku ke bumi karena kelaparan dan sesungguhnya
pula bahwa saya mengikatkan batu pada perut saya karena kelaparan. Sebenarnya saya pernah
duduk-duduk pada suatu hari di jalanan orang-orang yang sama keluar melalui jalanan itu - untuk
mencari nafkahnya masing-masing. Kemudian Nabi s.a.w. berjalan melalui tempat saya dan beliau
tersenyum ketika melihat saya, karena mengetahui keadaan dan hal-ihwal yang ada dalam wajahku
dan diriku, kemudian beliau bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau
bersabda lagi: "Mari ikut," dan beliau terus berlalu dan saya mengikutinya. Selanjutnya beliau
masuklah di rumah keluarganya, saya mohon izin lalu beliau mengizinkan masuk untukku. Sayapun
masuklah, di situ beliau menemukan susu dalam gelas. Beliau bertanya: "Dari manakah susu ini?"
Keluarganya berkata: "Fulan atau Fulanah itu menghadiahkan untuk Tuan." Beliau bersabda: "Abu
Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda pula: "Susullah para ahlush-shuffah,
lalu panggillah mereka untuk datang padaku."
Abu Hurairah berkata: "Ahlush-shuffah itu adalah merupakan tamu-tamu Islam, karena tidak
bertempat pada sesuatu keluarga, tidak pula berharta dan tidak berkerabat pada seseorangpun.
Jikalau ada sedekah - zakat - yang datang pada Nabi s.a.w. lalu sedekah -atau zakat - itu dikirimkan
semuanya oleh beliau kepada mereka itu dan beliau sendiri tidak mengambil sedikitpun daripadanya,
tetapi kalau beliau menerima hadiah, maka dikirimkanlah kepada orang-orang itu dan beliau sendiri
mengambil sebagian daripadanya. Jadi beliau bersama-sama dengan para ahlush-shuffah itu untuk
menggunakannya."
Perintah Nabi s.a.w. memanggil ahlush-shuffah itu tidak mengenakkan hati saya dan oleh
sebab itu saya berkata: "Apa hubungannya susu ini untuk diberikan ahlush-shuffah. Saya adalah lebih
berhak untuk memperoleh susu ini dengan sekali minuman saja, agar saya dapat merasa kuat
tubuhku." Kemudian, jikalau orang-orang itu datang, Nabi s.a.w. tentu menyuruh saya agar saya
memberikan itu kepada mereka. Barangkali tidak akan dapat sampai padaku - yakni bahwa saya
tidak memperoleh bagian - susu itu, tetapi juga tidak ada jalan lain kecuali mentaati Allah dan
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
252
mentaati RasulNya s.a.w. Oleh karena itu mereka saya datangi dan saya panggillah semuanya.
Mereka menghadap dan meminta izin, lalu Nabi s.a.w. mengizinkan mereka masuk, juga sama
mengambil tempat duduk sendiri-sendiri dalam rumah.
Beliau lalu bersabda: "Abu Hir." Saya menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda lagi:
"Ambillah susu itu dan berikanlah kepada mereka."
Abu Hurairah berkata: "Saya lalu mengambil gelas, kemudian saya berikan pada seseorang
dulu. Ia minum sampai kenyang minumnya lalu gelas dikembalikan. Seterusnya saya berikan kepada
yang lain, ia pun minumlah sampai kenyang pula minumnya, lalu dikembalikanlah gelasnya,
sehingga akhirnya sampai giliran saya memberikan itu kepada Nabi s.a.w., sedang orang-orang
ahlush-shuffah itu sudah puas minum semuanya. Beliau s.a.w. mengambil gelas lalu diletakkan di
tangannya, kemudian beliau melihat saya dan tersenyum, kemudian bersabda: "Abu Hir." Saya
menjawab: "Labbaik ya Rasulullah." Beliau bersabda pula: "Sekarang tinggallah saya dan engkau -
yang belum minum." Saya menjawab: "Benar Tuan, ya Rasulullah." Beliau bersabda: "Duduklah dan
minumlah." Saya pun duduklah lalu saya minum. Beliau bersabda lagi: "Minumlah lagi." Sayapun
minumlah. Beliau tidak henti-hentinya bersabda: "Minumlah lagi," sehingga saya berkata: "Tidak,
demi Allah yang mengutus Tuan dengan benar, saya sudah tidak mendapatkan jalan lagi untuk
minum itu - artinya sudah amat kenyang minumnya itu. Setelah itu beliau bersabda: "Kalau begitu,
berikanlah saya gelas itu "Gelaspun saya berikan, kemudian beliau memuji kepada Allah Ta'ala dan
membaca bismillah di permulaan minumnya lalu beliau minumlah sisanya itu." (Riwayat Bukhari)
501. Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Niscayalah saya pernah
mengalami diriku bahwa saya jatuh tersungkur antara mimbarnya Rasulullah s.a.w. dengan biliknya
Aisyah radhiallahu 'anha sampai tidak sadarkan diri. Kemudian datanglah padaku seseorang yang
datang, lalu ia meletakkan kakinya di atas leher saya dan ia menyangka bahwa sesungguhnya saya
adalah orang gila, padahal saya tidaklah kejangkitan penyakit gila, tetapi jatuh saya tadi hanyalah
karena kelaparan." (Riwayat Bukhari)
502. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. wafat sedang baju besinya
sedang digadaikan pada seorang Yahudi dengan nilai tiga puluh sha' - gantang - dari gandum."
(Muttafaq 'alaih)
503. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggadaikan baju besinya dengan gandum dan
saya berjalan ke tempat Nabi s.a.w. dengan membawa roti gandum dan lemak cair yang sudah
berubah keadaannya. Sungguh-sungguh saya mendengar beliau s.a.w. bersabda: "Tiada sesuatupun
pada pagi-pagi ini melainkan hanya segantang untuk para keluarga Muhammad dan tidak ada untuk
sore harinya nanti kecuali segantang pula." Padahal seluruh keluarganya itu adalah sembilan rumah."
(Riwayat Bukhari)
504. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: sungguh-sungguh saya telah melihat tujuh puluh orang
dari golongan ahlush-shuffah -kaum fakir miskin di Madinah, tiada seorangpun di antara mereka itu
yang berselendang. Ada kalanya mengenakan sarung dan ada kalanya pula baju. Mereka
mengikatkan itu pada leher-lehernya.
Di antaranya ada yang sampai pada separuh kedua betisnya dan di antaranya ada yang
sampai pada kedua mata kakinya, lalu dikumpulkan - kedua belahannya itu - karena enggan kalau
sampai terlihat auratnya." (Riwayat Bukhari)
505. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Hamparan Rasulullah s.a.w. itu terbuat dari kulit
dan isinya adalah sabut." (Riwayat Bukhari)
506. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua duduk-duduk bersama
Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kaum Anshar, lalu ia memberi salam pada
beliau itu. kemudian orang Anshar tadi menyingkir. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai saudara kaum
Anshar, bagaimanakah keadaan saudaraku Sa'ad 51 bin Ubadah?" Orang itu menjawab: "Baik saja."
Beliau s.a.w, bersabda lagi: "Siapakah di antara engkau semua yang meninjaunya?" Kemudian beliau
s.a.w. berdiri dan kitapun berdiri bersamanya dan kita berjumlah sepuluh orang lebih - tiga sampai
sembilan. Kita semua yang pergi itu tidak berterumpah, tidak pula bersepatu, bersongkok ataupun
bergamis, sedangkan kita berjalan di tempat yang tandus, hampir tidak ada tanamannya, sehingga
datanglah kita di tempatnya. Kaumnya Sa'ad bin Ubadah lalu mundur dari sekelilingnya, sehingga
mendekatlah Rasulullah serta semua sahabat yang menyertainya." (Riwayat Muslim)
507. Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sebaik-baik engkau sekalian adalah orang-orang yang sekurun - semasa - denganku,
kemudian yang mengikutinya - yang datang sesudahnya - kemudian orang-orang yang
mengikutnya." Imran berkata: "Saya tidak tahu, adakah Nabi s.a.w. mengucapkannya itu dua atau
tiga kali."
Nabi s.a.w. selanjutnya menyabdakan:
"Kemudian akan datanglah sesudah mereka itu sesuatu kaum yang menjadi saksi, tetapi tidak
dapat dipercaya kesaksiannya. Mereka juga berkhianat dan tidak dapat dipercaya amanatnya,
demikian pula mereka bernazar, tetapi tidak suka memenuhi nazarnya dan tampaklah kegemukan
dalam tubuh mereka," - yakni gemuk yang disebabkan karena terlampau banyak makan, minum dan
bersenang-senang dan bukan gemuk karena kejadiannya memang gemuk." (Muttafaq 'alaih)
508. Dari Abu Umamah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai anak Adam, sesungguhnya jikalau engkau memberikan apa-apa yang kelebihan padamu,
sebenarnya hal itu adalah lebih baik untukmu dan jikalau engkau tahan - tidak engkau berikan
siapapun, maka hal itu adalah menjadikan keburukan untukmu. Engkau tidak akan tercela karena
51 Sahabat Sa'ad bin Mu'az al-Anshari, yakni dari golongan kaum Anshar r.a. ini adalah pemimpin atau kepala
suku atau kabilah Aus. Nama kun-yahnya ialah Abu 'Amr. Dialah yang tercantumkan dalam sebuah Hadis
shahih yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w., yaitu:
"Arasynya Allah yang Maha Pengasih telah bergoncang dengan sebab kematian Sa'ad bin Mu'az."
Dalam hal ini ada beberapa ahli syair yang menggubahnya,di antaranya ialah yang berbunyi:
Tiada bergoncanglah arasy Allah sebab kematian seseorang yang meninggal dunia.
Yang pernah kita dengar perihal itu, melainkan sebab kematian Sa'ad yaitu Abu 'Amr.
Demikianlah yang dapat dikutip dari hamisy alau pinggir sebagian naskah asli, diturun dari tulisan yang mulia
Imam Nawawi sendiri, penyusun kitab ini rahimahul Laahu Ta'ala (Semoga Allah Ta'ala mengaruniakan
kerahmatan kepadanya).
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
254
adanya kecukupan - maksudnya menurut syariat engkau tidak akan dianggap salah, jikalau
kehidupanmu itu dalam keadaan yang cukup dan tidak berlebih-lebihan. Lagi pula mulailah - dalam
membelanjakan nafkah - kepada orang yang wajib engkau nafkahi."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
509. Dari Ubaidullah bin Mihshan al-Anshari al-Khathmi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Barangsiapa di antara engkau semua telah merasa aman - dari musuhnya - dalam dirinya,
sihat dalam tubuhnya, memiliki keperluan hidup - makan, minum, obat dan apa-apa yang
dibutuhkan dalam kehidupannya - pada hari itu, maka ia telah dikaruniai dunia dengan keseluruhan
isinya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Sirbihi dengan kasrahnya sin muhmalah artinya ialah dirinya, ada yang mengatakan bahwa
artinya itu ialah kaumnya.
510. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Sungguh berbahagialah orang yang masuk Agama Islam serta diberi rezeki cukup dan diberi
sifat qana'ah - suka menerima -dengan apa-apa yang telah dikaruniakan oleh Allah." (Riwayat
Muslim)
511. Dari Abu Muhammad yaitu Fadhalah bin Ubaid al-Anshari r.a. bahwasanya ia
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Untung besarlah kehidupan seseorang yang telah dikarunia petunjuk untuk memasuki
Agama Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan pula ia bersifat qana'ah -
menerima."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
512. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. dalam beberapa malam
yang berturut-turut itu bermalam dalam keadaan terlipat - maksudnya terlipat perutnya karena lapar,
sedang para keluarganya tidak mendapatkan sesuatu untuk makan malam, juga sebagian banyak roti
yang dimakan itu adalah roti terbuat dari gandum."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
513. Dari Fadhalah bin Ubaid r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu apabila bersembahyang
dengan para manusia, maka ada beberapa orang lelaki yang jatuh tersungkur dari berdiri mereka itu
ketika dalam shalatnya, disebabkan karena kefakiran yang sangat -yakni karena sangatnya kelaparan
sehingga tidak kuat berdiri. Mereka itu adalah ahlush-shuffah, sehingga orang A'rab - orang-orang
Arab dari pedalaman - mengatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang gila. Kemudian apabila
Rasulullah s.a.w. telah selesai bersembahyang, lalu menghadap ke arah mereka itu dan berkata:
"Andaikata engkau semua mengetahui apa yang disediakan untukmu semua di sisi Allah Ta'ala,
niscayalah engkau semua senang kalau engkau semua bertambah kefakiran dan hajatnya - dari
sekarang ini.
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.
Alkhashashab ialah kekurangan dan kelaparan yang sangat.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
255
514. Dari Abu Karimah, yaitu al-Miqdad bin Ma'dikariba r.a., katanya: "Saya mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah seseorang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya.
Cukuplah sebenarnya seseorang itu makan beberapa suapan yang dapat mendirikan - menguatkan -
tulang rusuknya. Maka jikalau makanan itu harus diisikannya, maka sepertiga hendaklah untuk
makanannya dan sepertiga untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
515. Dari Abu Umamah, yaitu lyas bin Tsa'laba al-Anshari al-Harits r.a., katanya: "Para sahabat
Rasulullah s.a.w. pada suatu hari menyebut-nyebutkan di sisi beliau itu tentang hal dunia - yakni
perihal kesenangan, kekayaan dan lain-lain. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah engkau
semua mendengar, tidakkah engkau semua mendengar bahwa badzadzah itu termasuk keimanan,
bahwa badzadzah itu termasuk keimanan." Yakni taqahhul. (Riwayat Abu Dawud)
Albadzadzah dengan ba' muwahhadah dan dua dzal yang mu'jamah artinya ialah keadaan yang
serba kusut dan meninggalkan pakaian yang indah-indah. Adapun taqahhul, dengan qaf dan ha' maka
para ahli Lughat mengatakan bahwa orang yang bertaqahhul ialah orang yang kering kulitnya karena
keadaan hidupnya yang serba kasar dan meninggalkan kemewahan - dalam segala hal.
516. Dari Abu Abdillah bin Jabir bin Abdullah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita dikirimkan
oleh Rasulullah s.a.w. - ke medan peperangan - dan mengangkat Abu Ubaidah r.a. sebagai amir -
panglima - untuk memimpin kita, guna menemui kafilah orang-orang Quraisy. Kita semua membawa
bekal sebuah tempat berisi kurma dan kita tidak menemukan selain itu. Abu Ubaidah memberikan
kita sekurma demi sekurma. Kepada kita ditanyakan - oleh orang lain: "Bagaimanakah engkau semua
berbuat dengan sebiji kurma itu." Jawabnya: "Kita mengisapnya sebagaimana seorang anak bayi
mengisap tetek. Kemudian kita minum air setelah itu. Keadaan sedemikian ini mencukupi kita untuk
sehari itu sampai malam. Kita juga memukul daun-daunan dengan tongkat-tongkat kita, lalu kita
basahi dengan air, kemudian kita makanlah itu. Seterusnya kita berangkat ke pantai laut, lalu
tampaklah di atas kita di pantai laut tadi, seolah-olah seperti tumpukan pasir yang besar, lalu kitapun
mendatanginya. Tiba-tiba yang tampak itu adalah seekor binatang yang dinamakan ikan lodan - hiu.
Abu Ubaidah lalu berkata: "Bangkai," kemudian ia berkata lagi: "Oh tidak - maksud-nya tidak haram
diambil dagingnya untuk dimakan. Bahkan kita ini adalah utusan-utusan dari Rasulullah s.a.w. dan
dalam berjuang fisabilillah. Engkau semua adalah dalam keadaan terpaksa. Maka dari itu makanlah
olehmu semua." Kita semua berdiam – sambil makan ikan tersebut - dalam waktu sebulan lamanya
dan jumlah kita seluruhnya adalah tigaratus orang, sehingga kita semuapun menjadi gemuklah.
Niscayalah saya melihat bahwa kita semua menciduk dari lobang matanya itu dengan beberapa
gayung akan minyaknya dan kita memotong daripadanya itu beberapa potongan daging sebesar
lembu atau sekira selembu-selembu besarnya. Sungguh-sungguh Abu Ubaidah menyuruh seseorang
dari kita sebanyak tigabelas orang, diperintah olehnya supaya duduk dalam lobang matanya dan
supaya mengambil tulang rusuknya, lalu ditegakkan dan dimuatkan pada unta yang terbesar yang
ada beserta kita. Ia berjalan di bawahnya. Kita juga mengambil bekal dari dagingnya yang telah
djkeringkan - dijadikan dendeng.
Setelah kita semua datang di Madinah, kita mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu kita
ceriterakanlah hal itu kepada beliau, lalu beliau bersabda: "Itu adalah rezeki yang dikeluarkan oleh
Allah untukmu semua. Adakah engkau semua membawa sedikit dagingnya, supaya dapat
memberikan sedekahnya untuk makanan kita?" Kita semua mengirimkan kepada Rasulullah s.a.w.
sebagian dagingnya itu, kemudian beliau s.a.w. memakannya." (Riwayat Muslim)
Aljirab ialah wadah dari kulit yang sudah dapat dimaklumi. Lafaz ini dibaca dengan
kasrahnya jim atau boleh pula dengan fathahnya, tetapi dengan kasrah adalah lebih fashih.
Namashshuha dengan fathahnya mim. Alkhabath ialah daun-daunan dari pohon yang dikenal dan
dimakan oleh unta. Alkatsib ialah timbunan dari pasir. Alwaqbu dengan fathahnya wawu dan
saknahnya qaf dan sesudahnya itu ialah ba' muwahhadah, ialah lobang mata. Alqilal ialah gayung.
Riyadhus Shalihin – Taman Orang-orang Shalih
256
Aifidar dengan kasrahnya fa' dan fathahnya dal yaitu beberapa potong. Rahala ba'ira yaitu
memberikan beban pada unta. Alwasyaiq dengan syin mu'jamah dan qaf ialah daging yang dipotongpotong
untuk dikeringkan.
Wallahu a'lam.
517. Dari Asma' binti Yazid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ujung lengan baju gamisnya
Rasulullah s.a.w. itu adalah sampai di pergelangan tangan."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Arush-ghu dengan menggunakan shad dan Arrus-ghu dengan menggunakan sin, juga boleh,
artinya ialah pergelangan antara tapak tangan dengan lengan tangan bagian bawah.
518. Dari Jabir r.a., katanya: "Sesungguhnya kita semua pada hari khandak - menggali tanah
untuk perlindungan diri sebelum timbulnya peperangan dan peperangan di waktu itu disebut perang
khandak, artinya parit, kita semua menggali. Kemudian pada penggalian itu terhalang oleh adanya
gumpaian tanah yang keras. Para sahabat satna mendatangi Nabi s.a.w., lalu berkata: "Tanah keras ini
menghalang-halangi untuk kelanjutan penggalian parit." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Saya akan
turun." Selanjutnya beliau s.a.w. terus berdiri, sedang perut beliau itu diikat di situ dengan sebuah
batu - karena kelaparan. Kita semua memang sudah selama tiga hari itu tidak merasakan rasa
makanan apapun. Nabi s.a.w. lalu mengambil cangkul, terus memukulnya, maka kembalilah tanah
keras itu bagaikan tumpukan pasir yang hancur-lebur. Kemudian saya berkata: "Ya Rasulullah,
berilah saya izin untuk pulang ke rumah." Seterusnya saya lalu berkata kepada isteriku: "Saya telah
melihat sesuatu dalam diri Nabi s.a.w. - yakni pengganjalan perut dengan batu itu - yang tidak dapat
disabarkan lagi. Maka adakah engkau mempunyai sesuatu - yang dapat dimakan?" Isterinya
menjawab: "Saya mempunyai gandum dan kambing perempuan. Kambing itu lalu
sayasembelih,sedang isteriku menumbuk gandum, sehingga dagingnya itu kita letakkan dalam
periuk. Kemudian saya mendatangi Nabi s.a.w.,sedangkan adukan makanan itu telah pecah - yakni
sudah lumat dan halus - dan kuali yang ada di antara batu-batu itu telah hampir masak isinya. Saya
berkata kepada beliau s.a.w.: "Saya mempunyai sediktt makanan ya Rasulullah, maka dari itu silakan
Tuan berdiri - yakni pergi ke tempat saya - bersama seorang atau dua orang saja. Beliau bertanya:
"Berapa banyaknya itu?" Saya menyebutkan sebagaimana adanya - yakni kambing dengan gandum
yang cukup untuk beberapa orang saja. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Banyak itu dan enaksekali,
Katakanlah kepada isterimu, janganlah diangkat dulu periuknya, juga jangan pula diambil roti itu
dari dapur, sehingga saya datang nanti." Seterusnya beliau s.a.w. bersabda: "Berdirilah engkau
semua," maka berdirilah semua kaum Muhajirin dan Anshar - yang ikut membuat parit. Saya masuk
kepada isteriku lalu saya berkata: "Celaka ini. Nabi s.a.w. datang dengan semua kaum Muhajirin dan
Anshar, jadi semua yang menyertainya." Isterinya berkata: "Adakah beliau menanyakan banyaknya
makanan?" Saya berkata: "Ya." 52
Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Masuklah engkau se-kalian dan jangan berjejaljejalan."
Beliau s.a.w. mulai memotong roti dan diberikanlah pula di situ dagingnya dan selalu
menutupi periuk dan dapur itu apabila beliau mengambil daripadanya dan mendekatkan kepada
sahabat-sahabatnya itu, kemudian ditariklah kualinya itu -sesudah diambilkan isinya. Tidak hentihentinya
beliau s.a.w. memotong roti itu dan menciduk kuah sehingga sekalian sahabatnya itu
kenyang semua dan masih ada pula sisanya dalam kuali. Kemudian beliau s.a.w. bersabda:
"Makanlah ini dan berikanlah hadiah - kepada orang-orang lain seperti tetangga, sebab sesungguhnya
para manusia itu terkena bencana kelaparan. (Muttafaq 'alaih)
52 Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setelah Jabir r.a. berkata: "Ya," yang maksudnya Nabi s.a.w. telah
diberitahu bahwa makanan yang dapat disediakan itu hanya cukup untuk seorang dua orang saja. Tetapi tibatiba
yang diajak beliau s.a.w., adalah semua sahabat Muhajirin dan Anshar yang semuanya dalam keadaan
lapar. Isterinya lalu berkata: "Kalau begitu, Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui. Kita telah
memberitahukan apa yang dapat kita sediakan." Dengan kata-kata isterinya, kesedihan Jabir r.a. yang sangat itu
menjadi lapang.
Dalam riwayat lain disebutkan: Jabir berkata: "Ketika parit digali, maka saya melihat adalah
kelaparan yang sangat dalam diri Nabi s.a.w. Lalu saya kembali ke tempat isteriku dan saya berkata:
"Adakah engkau mempunyai sesuatu yang dapat dimakan?" karena sesungguhnya saya melihat
adanya kelaparan yang sangat dalam diri Rasulullah s.a.w." Isteriku lalu mengeluarkan sebuah
wadah yang di dalamnya ada segantang gandum, sedang kita juga mempunyai seekor binatang
kambing kecil yang telah lulut. Binatang itu lalu saya sembelih dan isteriku menumbuk gandum.
Isteriku telah selesai pekerjaannya sebagaimana sayapun selesai pula, lalu saya potonglah dalam
kualinya, kemudian saya kembali menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Isteriku berkata: "Jangan
engkau membuat aku tampak celaku, sebab hanya mempunyai makanan sedikit dan ini menunjukkan
kemiskinannya - kepada Rasulullah s.a.w. dan orang-orang yang menyertainya nanti." Selanjutnya
saya lalu mendatangi Nabi s.a.w. dan saya membisikinya. Saya berkata: "Ya Rasulullah, kita
menyembelih seekor kambing kecil untuk makanan kita dan saya juga telah menumbuk segantang
gandum. Maka dari itu, silakan Tuan datang di tempat saya bersama beberapa orang saja yang akan
menyertai Tuan." Tiba-tiba Nabi s.a.w. berteriak dan bersabda: "Hai sekalian penggali parit,
sesungguhnya Jabir telah membuat sesuatu hidangan yang akan disuguhkan kepada kita. Maka
marilah kita semua ke rumahnya." Kemudian Nabi s.a.w. bersabda - kepada -Jabir: "Janganlah sekalikali
engkau turunkan kualimu dan jangan pula dijadikan roti dulu adukan gandummu itu, sehingga
saya datang." Saya datang ke rumah dan Nabi s.a.w. juga datang sambil menyuruh orang-orang
banyak datang pula ke situ. Begitulah saya akhirnya datang di tempat isteriku. Isteriku berkata:
"Bagaimana engkau ini, bagaimana engkau ini," maksudnya isterinya itu menyalahkan suaminya,
mengapa membawa orang-orang sebanyak itu. Saya berkata: "Saya telah mengerjakan semua yang
engkau katakan." Isteriku lalu mengeluarkan adukan gandum kita, lalu Nabi s.a.w. berludah di
dalamnya dan mendoakan keberkahannya, kemudian menuju ke tempat kuah kita, lalu berludah pula
di situ dan juga mendoakan keberkahannya, kemudian bersabda: "Pang-gillah seorang tukang
membuat roti, supaya ia dapat menolong membuat roti bersamamu - dan yang disuruh ini adalah
isteri Jabir -dan pula ciduklah dari kualimu, tetapi janganlah kuali itu diturunkan." Orang-orang yang
datang di saat itu adalah sebanyak seribu orang. Saya bersumpah dengan nama Allah, niscayalah
orang-orang itu semuanya dapat makan, sehingga mereka meninggalkannya dan pergi dari rumah
saya itu, sedang sesungguhnya kuali kita masih tetap berbunyi karena isinya yang mendidih
sebagaimana tadinya -sebelum diambil isinya oleh orang-orang banyak, juga sesungguhnya adukan
roti kita masih tetap menjadi roti - sebanyak asalnya."
Ucapannya: Aradhat kud-yatun, dengan dhammahnya kaf dan sukunnya dal dan dengan ya'
yang mutsannat di bawahnya, artinya ialah segumpal tanah yang keras dan tebal yang tidak dapat
dicairkan oleh kapak. Atkatsib asalnya ialah tumpukan pasir dan yang dimaksudkan di sini ialah telah
menjadi tanah yang halus, itulah artinya lafaz ah-yala. At-atsafiyyu ialah batu-batu yang di atasnya itu
diletakkan kuali untuk memasak. Tadhaghatbu artinya berjejal-jejalan. Almaja'ah ialah kelaparan,
dengan fathahnya mim. Al-khamash dengan fathahnya kha' mu'jamah dan mim, artinya ialah lapar.
Inkafa'tu artinya saya balik dan kembali. Albuhaimah dengan dhammahnya ba' adalah tash-ghirnya
lafaz bahmah, yaitu kambing betina, yakni al'anaq dengan fathahnya 'ain. Addajin yaitu binatang yang
sudah lulut di rumah. Assur ialah makanan yang diundanglah untuk memakannya itu beberapa
orang dan kata ini adalah dari bahasa Persi - Iran. Hayyahalan artinya marilah.
Ucapannya bika wa bika artinya bahwa isterinya itu membantah suaminya serta memakinya
karena ia meyakinkan bahwa makanan yang dimilikinya itu tentu tidak cukup untuk orang-orang
sebanyak itu. Jadi wanita itu merasa malu dan agaknya tersamarlah untuknya apa yang dijadikan
kemuliaan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada NabiNya s.a.w. dari mu'jizat yang nyata dan
pertanda yang jelas itu. Basaqa sama dengan basbaqa atau bazaqa yakni meludah dan ini ada tiga
lughatnya, amada dengan fathahnya mim yakni sengaja atau bermaksud Iqdabl artinya
ciduklah,sedang atmiqdahab artinya ciduk atau gayung, tagbitbtbu artinya bahwa karena mendidihnya
itu keluarlah suaranya.
Wallahu a'lam.
519. Dari Anas r.a., katanya: "Abu Thalhah berkata kepada Ummu Sulaim: "Saya
mendengar suara Rasulullah s.a.w. itu lemah sekali dan saya mengetahui bahwa beliau
adalah dalam keadaan lapar. Maka dari itu, apakah engkau tidak mempunyai sesuatu untuk
dimakan?" Ummu Sulaim lalu mengeluarkan beberapa bulatan dari gandum, kemudian ia
mengambil kerudungnya, kemudian ia meiipatkan roti dengan sebagian kerudung tadi, lalu
memasukkannya di bawah bajuku dan mengembalikannya padaku dengan sebagian lagi -
maksudnya bahwa Ummu Sulaim itu melipat roti dengan sebagian kerudung dan dengan
sebagiannya lagi dilipatkan untuk Anas. Seterusnya Ummu Sulaim menyuruh saya - Anas -
untuk menemui Rasulullah s.a.w., lalu saya pergi dan saya menemui Rasulullah s.a.w.
sedang duduk di dalam masjid disertai oleh orang-orang banyak. Seterusnya lalu saya berdiri
di muka orang-orang itu, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau diutus oleh
Abu Thalhah." Saya menjawab: "Ya." Beliau bersabda lagi: "Apakah untuk sesuatu makanan?"
Saya menjawab: "Ya." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda kepada sahabat-sahabatnya yang
ada di masjid: "Berdirilah engkau semua dan berangkatlah." Saya juga berangkat mengikuti
mereka itu, sehingga datanglah saya kepada Abu Thalhah, lalu saya memberitahukan
padanya - bahwa Nabi s.a.w. mengajak orang banyak. Abu Thalhah berkata: "Hai Ummu
Sulaim. Rasulullah s.a.w. telah datang dengan orang-orang banyak, sedangkan kita tidak mempunyai
sesuatu untuk memberi makanan kepada mereka semuanya itu." Isterinya berkata: "Allah dan
RasulNya adalah lebih mengetahui itu." Abu Thalhah lalu berangkat sehingga bertemu dengan
Rasulullah s.a.w., kemudian berhadapanlah Rasulullah s.a.w. dengannya sehingga keduanya itu
masuk rumah. Selanjutnya Rasulullah bersabda: "Bawa saya kemari apa yang engkau punyai, hai
Ummu Sulaim." Wanita itu datang dengan roti tersebut di atas, lalu Rasulullah s.a.w. menyuruh
supaya dipotong-potongkan dan Ummu Sulaim memeraskan di atas roti itu suatu tempat berisi samin,
maka itulah yang merupakan lauknya. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda sekehendak yang beliau
sabdakan, selanjutnya lalu bersabda pula: "Izinkanlah masuk sepuluh orang." Orang sepuluh itu
diizinkan masuk lalu mereka semuanya makan sehingga kenyang, lalu keluarlah setelah itu.
Seterusnya beliau bersabda lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Orang sepuluh itu diizinkan
lalu mereka makan sehingga kenyang kemudian keluarlah mereka itu pula. Beliau s.a.w. bersabda
lagi: "Izinkanlah masuk sepuluh orang lagi." Demikianlah sehingga seluruh kaum - yakni yang
menyertai Nabi s.a.w. dari masjid - dapat makan sehingga kenyang semuanya, sedangkan jumlah
kaum itu ada tujuh puluh atau delapan puluh orang." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Maka tidak henti-hentinya beliau s.a.w. memasukkan
sepuluh orang dan mengeluarkan sepuluh orang, sehingga tidak seorangpun yang tertinggal,
melainkan ia tentu telah makan sehingga kenyang, kemudian dikumpulkanlah kelebihan makanan itu,
tetapi tiba-tiba banyaknya makanan tersebut adalah sama seperti keadaan ketika orang-orang banyak
belum makan daripadanya itu."
Dalam riwayat lain disebutkan pula: "Maka makanlah orang-orang itu sepuluh orang demi
sepuluh orang, sehingga yang sedemikian itu dilaksanakan untuk sebanyak delapanpuluh orang.
Kemudian Nabi s.a.w. makanlah setelah orang-orang itu semuanya, juga semua keluarga rumah dan
mereka masih meninggalkan sisa pula."
Dalam riwayat lain lagi dikatakan: "Kemudian mereka masih meninggalkan sisa yang cukup
untuk disampaikan kepada tetangganya."
Dalam riwayat lainnya lagi dikatakan:
Dari Anas r.a., katanya: "Saya datang kepada Rasulullah s.a.w. pada suatu hari, kemudian
saya menemui beliau s.a.w. itu sedang duduk dengan sahabat-sahabatnya dan di perutnya
diikatkanlah dengan suatu ikatan - seperti batu dan lain-lain untuk menahan lapar. Lalu saya
bertanya kepada salah seorang sahabatnya: "Mengapa Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya." Orangorang
sama berkata: "Karena lapar." Oleh sebab itu saya lalu pergi kepada Abu Thalhah, yaitu
suaminya Ummu Sulaim binti Milhan, kemudian saya berkata: "Aduh bapak, saya sungguh-sungguh
telah melihat Rasulullah s.a.w. mengikat perutnya dengan suatu ikatan, lalu saya bertanya kepada
sebagian sahabat-sahabatnya dan mereka mengatakan bahwa hal itu karena beliau lapar." Abu
Thalhah lalu masuk menemui ibuku - yakni Ummu Sulaim, kemudian bertanya: "Adakah sesuatu -
yang dapat dimakan?" Ummu Sulaim menjawab: "Ya, ada. Saya mempunyai beberapa potong roti dan
beberapa buah kurma. Jika Rasulullah s.a.w. datang ke tempat kita sendirian, tentu dapatlah kita
mengenyangkan beliau itu, tetapi jikalau beliau datang dengan disertai orang lain, maka makanan
kita terlampau sedikit untuk dimakan orang-orang itu." Seterusnya Anas menyebutkan kelengkapan
Hadis ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Nama Bulan Dalam Agama Islam

“Abdi” Bahasa Sunda ( Warga Negara )

Cerita Dewasa Aku dan ibu kost ( life stories )