Keutamaan Zuhud Di Dunia Dan Anjuran Untuk Mempersedikit Keduniaan Dan Keutamaan Kefakiran sifat ahli surga belajar ilmu pengetahuan agama islam
Allah Ta'ala berfirman:
"Hanyasanya
perumpamaan kehidupan dunia ini adalah seperti air yang Kami turunkan dari
langit,
kemudian tumbuhlah
karenanya itu tumbuh-tumbuhan di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia
dan
ternak. Sehingga setelah
bumi itu mengenakan pakaian hiasannya dan menjadi indah permai dan penduduknya
mengira, bahwa mereka akan
dapat menguasainya, maka datanglah perintah Kami di waktu malam atau siang -
untuk merusakkan semua itu
sebagai siksa, lalu Kami jadikanlah bumi itu sebagai ladang padi yang telah
dituai,
seolah-olah kelmarinnya
tidak terjadi sesuatu apapun. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat Kami kepada
orangorang
yang berfikir." (Yunus: 24)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan buatlah untuk
mereka perumpamaan kehidupan dunia, sebagai air hujan yang Kami turunkan
dari langit dan karenanya
lalu tumbuhlah tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian setelah subur lalu menjadi
kering yang dapat
diterbangkan oleh angin dan Allah itu adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Hartabenda
dan anak-anak itu adalah
perhiasan kehidupan dunia dan amalan-amalan yang baik yang kekal pahalanya
adalah
lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu dan lebih bagus pula harapannya." (al-Kahf: 45-46)
Juga Allah Ta'afa berfirman:
"Ketahuilah olehmu
semua, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda-gurau,
perhiasan dan
bermegah-megah antara sesamamu, berlomba banyak kekayaan dan anak-anak.
Perumpamaannya
adalah seperti hujan yang
mengherankan orang-orang kafir - yang menjadi petani - melihat tumbuh
tanamannya, kemudian
menjadi kering lalu engkau lihat menjadi kuning warnanya, kemudian menjadi
hancur
binasa. Dan di akhirat
siksa yang amat sangat untuk mereka itu - yang berbuat kesalahan, juga
pengampunan
dari Allah serta keridhaan
- bagi orang-orang yang berbuat kebaikan - dan tidaklah kehidupan dunia ini
melainkan hanyalah
kesenangan tipuan belaka." (al-Hadid: 20)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Diperhiaskanlah
untuk para manusia itu - yakni diberi perasaan bernafsu - untuk mencintai
kesyahwatan-kesyahwatan
dari para wanita, anak-anak, kekayaan yang berlimpah-limpah dari emas dan
perak,
kuda yang bagus, binatang
ternak dan sawah ladang. Demikian itulah kesenangan kehidupan dunia dan di sisi
Allah ada tempat kembali
yang sebaik-baiknya." (ali-Imran: 14)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hai sekalian
manusia, sesungguhnya janji Allah itu adalah benar. Maka dari itu, janganlah
engkau
semua tertipu oleh
kehidupan dunia ini dan janganlah sekali-kali kepercayaanmu kepada Allah itu
tertipu oleh
sesuatu yang amat pandai
menipu." (Fathir:
5)
Juga Allah Ta'ala berfirman:
"Engkau semua
dilalaikan oleh perlombaan mencari kekayaan, sehingga engkau semua mengunjungi
kubur - yakni sampai mati.
jangan begitu, nanti engkau semua akan mengetahui, kemudian sekali lagi jangan
begitu, nanti engkau semua
akan mengetahui - mana yang sebenarnya salah dan mana yang tidak. jangan
begitu, andaikata engkau
semua dapat mengetahui dengan ilmu yakin, tentu engkau semua tidak berbuat
seperti
di atas itu." (at-Takatsur: 1-5)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Dan tidaklah
kehidupan di dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan belaka dan
sesungguhnya
perumahan akhirat adalah
kehidupan yang sebenarnya, jikalau mereka mengetahui." (al-Ankabut: 64)
Ayat-ayat dalam bab ini amat banyak sekali dan sudah
masyhur.
Keterangan:
Ada sementara orang yang berpendapat bahwa yang
dinamakan zuhud itu ialah dengan
menyiksa diri sendiri, makan dan minum harus dikurangi
sesangat-sangatnya, demikian pula tidur
dan istirahatnya, pakaian cukup yang jelek-jelek,
rambut biarkan kusut-masai tanpa disisir, mandi
pun harus jarang-jarang, berjalan harus selalu
menundukkan muka, tidak perlu bekerja keras-keras
dan cukuplah dengan menerima belas kasihan orang lain,
bertasbih sepanjang hari dan malam dan
lain-lain kelakuan yang bukan-bukan. Jelaslah bahwa
bukan yang sedemikian ini yang dikehendaki
oleh Rasulullah s.a.w. dalam pengertian zuhud
sebagaimana yang tercantum dalam Hadis di atas.
Memang zuhud itu apabila kita lakukan, pasti kita akan
dicintai oleh Allah dan seluruh
manusia. Nabi s.a.w. bersabda: "Berlaku zuhudlah
di dunia, pasti dicintai Allah dan berlaku zuhudlah
terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama
manusia."
Maka dari itu yang sekarang perlu kita sadari
sebaik-baiknya ialah, apakah yang dinamakan
zuhud itu?
Zuhud ialah meninggalkan ketamakan dalam urusan
keduniawiyahan sehingga lupa ketaatan
kepada Allah, lengah untuk mencari bekal hidup di
akhirat nanti. Inilah artinya zuhud di dunia.
Ringkas saja, bukan. Kalau ini dilakukan, pasti Allah
mencintai kita.
Selain zuhud sebagaimana pengertiannya di atas itu,
hendaknya pula kita jangan ingin
memiliki sesuatu yang bukan kepunyaan kita, sehingga
timbul hasrat ingin merebut yang bukan hak
kita itu. Boleh saja kita ingin mempunyai yang seperti
milik orang lain, tetapi carilah yang lain dan
jangan yang sudah menjadi milik orang lain itu
dirampas. Inilah yang diartikan zuhud dengan apa
yang ada pada para manusia. Kalau ini kita lakukan
sudah pasti tidak seseorangpun yang membenci
kita. Kita tentu disukai sebab kita pandai bergaul dan
menghormati milik orang.
Demikianlah dua pengertian zuhud dalam Agama Islam.
Maka apabila diartikan lebih dari ini,
maka teranglah bahwa itu bukan berasal dari ajaran
Allah Ta'ala dan RasulNya, tetapi buat-buatan
manusia biasa atau mungkin penjiplakan dari agama lain
atau dari ilmu yang tidak diridhai oleh
Allah semacam klenik dan sebagainya.
Lihatlah sejarah Rasulullah s.a.w. Beliau adalah
sezuhud-zuhudnya manusia di dunia ini,
tetapi beliau s.a.w. pula yang bersabda:
"Badanmu itu wajib kamu penuhi haknya."
Jadi makan minumnya, pakaiannya, kesenangannya dan
Iain-lain sebagainya. Beliau s.a.w.
juga tidur dan beristirahat, kawin, bersenda-gurau,
berkumpul dengan keluarganya dan lain-lain lagi.
Singkatnya asalkan kita sudah berzuhud sebagaimana dua
pengertian dalam Hadis di atas
dan menjalankan perintah Allah serta menjauhi
larangan-laranganNya, Insya Allah selamatlah hidup
kita di dunia sampai di akhirat.
Adapun Hadis-hadisnya, maka lebih banyak lagi untuk
dapat diringkaskan, oleh sebab itu
kami peringatkan sebagian saja dengan meninggalkan
yang lainnya.
455. Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari r.a. bahwasanya
Rasulullah s.a.w. mengirimkan Abu
'Ubaidah al-Jarrah r.a. ke daerah Bahrain -sebuah
daerah yang masuk wilayah Irak - dan
kedatangannya ke situ ialah untuk mengambil pajak.
Kemudian setelah selesai tugasnya, datanglah ia
dengan membawa harta dari Bahrain itu. Kaum Anshar
sama mendengar akan kedatangan Abu
Ubaidah, mereka lalu menunaikan shalat fajar - yakni
subuh - bersama Rasulullah s.a.w. Setelah
Rasulullah s.a.w. selesai bersembahyang, beliaupun
lalu kembali, kemudian mereka menuju
kepadanya untuk menemuinya. Rasulullah s.a.w. lalu
tersenyum ketika melihat mereka itu terus
bersabda: "Saya kira engkau semua sudah mendengar
bahwasanya Abu Ubaidah tiba dari Bahrain
dengan membawa sesuatu harta." Mereka menjawab:
"Benar, ya Rasulullah." Beliau selanjutnya
bersabda: "Bergembiralah engkau semua dan
bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan
menyenangkan engkau semua. Demi Allah, bukannya
kekafiran itu yang saya takutkan mengenai
engkau semua, tetapi saya takut jikalau harta dunia
ini diluaskan untukmu semua - yakni engkau
semua menjadi kaya raya, sebagaimana telah diluaskan
untuk orang-orang yang sebelummu,
kemudian engkau semua itu saling berlomba-lomba untuk
mencarinya sebagaimana mereka juga
berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu
akan merusakkan agamamu semua
sebagaimana ia telah me-rusakkan agama mereka. (Muttafaq
'alaih)
456. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. duduk di atas mimbar dan kita
duduk di sekitarnya, lalu beliau s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan
atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa
yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan
harta dunia serta hiasan-hiasannya - yakni
bahwa meluapnya kekayaan pada ummat Muhammad inilah
yang amat ditakutkan, sebab dapat
merusakkan agama jikalau tidak waspada
mengendalikannya." (Muttafaq'alaih)
457. Dari Abu Said r.a. pula bahwasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau -
yakni menyenangkan sekali - dan
sesungguhnya Allah menjadikan engkau semua sebagai
pengganti di bumi itu - untuk mengolah dan
memakmurkan. Maka Allah akan melihat bagaimana yang
engkau semua lakukan -untuk dibalas
menurut masing-masing amalannya. Oleh sebab itu,
bertaqwalah dalam mengemudikan harta dunia
dan bertaqwalah dalam urusan kaum wanita."
(Riwayat Muslim)
458. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:
"Ya Allah. Tidak ada kehidupan yang
kekal melainkan kehidupan di akhirat." (Muttafaq
'alaih)
459. Dari Anas r.a. pula dari Rasulullah s.a.w.,
sabdanya: "Ada tiga macam mengikuti mayat
itu- ketika di bawa ke kubur, yaitu keluarganya,
hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan satu
tetap tinggal menyertainya. Keluarga dan hartanya
kembali sedang amalnya tetap mengikutinya."
(Muttafaq 'alaih)
460. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Akan didatangkanlah orang
yang terenak kehidupannya di dunia dan ia termasuk
golongan ahli neraka pada hari kiamat nanti,
lalu diceburkan dalam neraka sekali ceburan, lalu
dikatakan: "Hai anak Adam - yakni manusia,
adakah engkau dapat merasakan sesuatu kebaikan -
keenakan sekalipun sedikit? Adakah suatu
kenikmatan yang pernah menghampirimu sekalipun
sedikit?" Ia berkata: "Tidak.demi Allah, ya
Tuhanku"- yakni setelah merasakan pedihnya siksa
neraka, maka kenikmatan-kenikmatan dan
keenakan-keenakan di dunia itu seolah-olah lenyap sama
sekali.
Juga akan didatangkanlah orang yang paling menderita
kesengsaraan di dunia dan ia
termasuk ahli syurga, lalu ia dimasukkan sekali masuk
dalam syurga, lalu dikatakan padanya: "Hai
anak Adam, adakah engkau dapat merasakan sesuatu
kesengsaraan, sekalipun sedikit? Adakah suatu
kesukaran yang pernah menghampirimu sekalipun
sedikit?" Ia menjawab: "Tidak, demi Allah, tidak
pernah ada kesukaranpun yang menghampiri diriku dan
tidak pernah saya melihat suatu
kesengsaraan pun sama sekali," - yakni setelah
merasakan kenikmatan syurga, maka kesengsaraan
dan kesukaran yang pernah diderita di dunia itu
seolah-olah lenyap sekaligus. (Riwayat Muslim)
461. Dari al-Mustaurid bin Syaddad r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah dunia ini kalau dibandingkan dengan
akhirat, melainkan seperti sesuatu yang
seseorang di antara engkau semua menjadikan jarinya
masuk dalam air lautan, maka cobalah lihat
dengan apa ia kembali - yakni, seberapa banyak air
yang melekat di jarinya itu. Jadi dunia itu sangat
kecil nilainya dan hanya seperti air yang melekat di
jari tadi banyaknya." (Riwayat Muslim)
462. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w.
berjalan melalui pasar, sedang orang-orang
ada di sebelahnya kiri kanan. Kemudian melalui seekor
anak kambing kecil telinganya dan telah mati.
Beliau s.a.w. menyentuhnya lalu mengambil telinganya,
terus bertanya: "Siapakah di antara engkau
semua yang suka membeli ini dengan wang
sedirham?" Orang-orang menjawab: "Kita semua tidak
suka menukarnya dengan sesuatu apapun dan akan kita
gunakan untuk apa itu?" Beliau bertanya lagi:
"Sukakah engkau semua kalau ini diberikan saja
padamu." Orang-orang menjawab: "Demi Allah,
andaikata kambing itu hidup, tentunya juga cacat
karena ia kecil telinganya. Jadi apa harganya lagi
setelah kambing itu mati?" Kemudian beliau s.a.w.
bersabda: "Demi Allah, niscayalah dunia ini lebih
hina di sisi Allah daripada kambing ini bagimu
semua." (Riwayat Muslim)
Kanafaihi artinya ada di sebelahnya kanan
kiri dan asakku artinya kecil telinganya.
463. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Saya berjalan
bersama Nabi s.a.w. di suatu tempat yang
berbatu hitam di Madinah, lalu berhadap-hadapanlah
gunung Uhud dengan kita, kemudian beliau
s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar." Saya
berkata: "Labbaik, ya Rasulullah." Beliau bersabda lagi: "Tidak
menyenangkan padaku andaikata saya mempunyai emas
sebanyak gunung Uhud ini, sampai berlalu
tiga hari lamanya, di antaranya ada sedinar saja yang
saya simpan untuk memenuhi hutang, kecuali
saya akan mengucapkan dengan memberikan harta itu
untuk para hamba Allah demikian demikian
demikian." Beliau menunjuk ke sebelah kanan, kiri
dan belakangnya - maksudnya bahwa kalau beliau
s.a.w. mempunyai harta sebanyak Uhud dan berupa emas,
apalagi lainnya, tentu akan disedekahkan
kepada hamba-hamba Allah semuanya, kecuali sedinar
saja yang akan disimpan jikalau ada hutang
yang belum ditunaikannya dan harta sebanyak itu akan
dihabiskan membelanjakannya dalam tiga
hari saja.
Kemudian beliau s.a.w. berjalan, lalu bersabda lagi:
"Sesungguhnya orang-orang yang
kayaraya dengan harta dunia itulah yang tersedikit
pahala akhiratnya pada hari kiamat nanti,
melainkan orang yang berkata demikian, demikian dan
demikian - yakni membelanjakan hartanya itu
untuk kebaikan." Beliau s.a.w. menunjuk ke kanan,
kiri dan belakangnya. Sabdanya lagi: "Tetapi
sedikit sekali orang yang suka melakukan demikian
tadi." Seterusnya beliau bersabda padaku:
"Tetaplah engkau di tempatmu ini. Jangan
berpindah - yakni meninggalkan tempat itu, sampai saya
datang padamu nanti." Beliau s.a.w. berangkat
dalam malam yang kelam itu sampai tertutup dari
pandangan. Kemudian saya mendengar suara yang keras
sekali, lalu saya merasa takut barangkali
ada seseorang yang hendak berbuat jahat pada Nabi
s.a.w. Saya ingin hendak mendatanginya, tetapi
saya ingat akan sabdanya: "Janganlah engkau
meninggalkan tempat ini sampai saya datang padamu."
Oleh karena itu saya tidak meninggalkan tempat itu
sehingga beliau s.a.w. datang padaku. Kemudian
saya berkata: "Saya telah mendengar suatu suara yang
saya merasa ketakutan padanya," lalu saya
ingatkan bunyi suara itu pada beliau. Selanjutnya
beliau bersabda: "Adakah engkau mendengarnya?"
Saya menjawab: "Ya." Beliau lalu bersabda:
"Itu tadi adalah suara Jibril yang datang padaku, lalu ia
berkata: "Barangsiapa yang meninggal dunia dari
ummatmu, yang tidak menyekutukan sesuatu
dengan Allah, maka ia akan masuk syurga." Saya
bertanya: "Sekalipun ia berzina dan sekalipun ia
mencuri?" Beliau menjawab: "Sekalipun ia
berzina dan sekalipun ia mencuri." (Muttafaq 'alaih)
Hadis ini adalah lafaznya Imam Bukhari.
464. Dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah s.a.w.,
sabdanya: "Andaikata saya memiliki emas
sebanyak gunung Uhud, niscaya saya tidak senang kalau
berjalan sampai lebih dari tiga hari,
sedangkan disisiku masih ada emas itu sekalipun
sedikit,kecuali kalau yang sedikit tadi saya sediakan
untuk memenuhi hutang - yang menjadi tanggunganku.
(Muttafaq 'alaih)
465. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Lihatlah kepada orang yang tarafnya ada di
bawahmu semua dan janganlah melihat orang
yang tarafnya ada di atasmu semua - dalam hal
keduniaan. Sebab yang sedemikian itu lebih nyata
bahwa engkau semua tidak akan menghinakan kenikmatan
yang dilimpahkan atasmu semua itu."
(Muttafaq 'alaih)
Ini adalah lafaznya Imam Muslim.
Adapun dalam riwayat Bukhari ialah: Rasulullah s.a.w.
bersabda:
"Jikalau seseorang dari engkau semua melihat pada
orang yang dilebihkan daripada dirinya
sendiri - oleh Allah - dalam hal keduniaan dan
keindahan rupa, maka hendaklah memperhatikan saja
kepada orang yang keadaannya lebih bawah
daripadanya."
466. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w.,
sabdanya: "Binasalah - yakni celakalah -
orang yang menjadi hambanya dinar - emas - dan dirham
- perak, beludru sutera serta pakaian.
Jikalau ia diberi itu relalah hatinya dan jikalau
tidak diberi, maka tidaklah rela - maksudnya
ialah amat sangat tamaknya. (Riwayat Bukhari)
467. Dari Abu Hurairah r.a. pula katanya: "Saya
benar-benar telah melihat tujuh puluh orang
dari ahlus-shuffah - orang-orang Islam yang
fakir-miskin, 48
tidak
seorangpun dari mereka yang
mengenakan selendang, ada kalanya bersarung dan ada
kalanya berbaju. Mereka mengikatkan pada
lehernya masing-masing. Di antaranya ada pakaiannya
itu hanya sampai pada setengah dari kedua
betisnya dan di antaranya ada pula yang sampai di
kedua mata kakinya, lalu dikumpulkannyalah
dengan tangannya karena tidak suka terlihat
auratnya." (Riwayat Bukhari)
468. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dunia ini adalah penjara bagi orang mu'min -
kalau dibandingkan dengan
kenikmatan yang disediakan di syurga - dan syurga bagi
orang kafir - kalau dibandingkan
dengan pedihnya. siksa di neraka." (Riwayat
Muslim)
469. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma.katanya:
"Rasulullah s.a.w. menepuk kedua
belikatku, lalu bersabda:
"Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau
orang gharib -yakni orang yang sedang
berada di negeri orang dan tentu akan kembali ke
negeri asalnya - atau sebagai orang yang
menyeberangi jalan - yakni amat sebentar sekali di
dunia ini."
Ibnu Umar berkata: "Jikalau engkau di waktu sore,
maka janganlah menantikan waktu pagi
dan jikalau engkau di waktu pagi, maka janganlah
menantikan waktu sore - untuk beramal baik itu,
ambillah kesempatan sewaktu engkau sihat untuk masa
sakitmu, sewaktu engkau masih hidup untuk
masa matimu." (Riwayat Bukhari)
Para alim-ulama mengatakan dalam syarahnya Hadis ini:
"Arti-nya ialah: Janganlah engkau
terlampau cinta pada dunia, jangan pula dunia itu
dianggap sebagai tanahair, juga janganlah engkau
mengucapkan dalam hatimu sendiri bahwa engkau akan
lama kekalmu di dunia itu. Selain itu
janganlah pula amat besar perhatianmu padanya, jangan
tergantung padanya, sebagaimana orang
yang bukan di negerinya tidak akan menggantungkan diri
pada negeri orang yakni yang bukan
tanahairnya sendiri. Juga janganlah bekerja di dunia
itu, sebagaimana orang yang bukan di negerinya
tidak akan berbuat sesuatu di negeri orang tadi -
yakni yang diperbuat hendaklah yang baik-baik saja
supaya meninggalkan nama harum di negeri orang, karena
pasti ingin kembali ke tempat
keluarganya semula. Wa billahit taufiq.
Keterangan:
Seorang asing atau seorang perantau itu, sekalipun
berapa saja lamanya di negeri
orang, ia tetap tidak bertanahair di tempat yang
didiami itu. Kalau orang itu bijaksana, tentu
kegiatan bekerjanya ditujukan untuk mencari bekal yang
akan dibawa ke tanahairnya
48 Di zaman
Nabi s.a.w. mereka itu sama berkumpul dan berdiam di serambi belakang masjid
Madinah.
kembali, sehingga hidupnya di negeri asalnya itu tidak
mengalami kekecewaan dan tidak
mengalami kekurangan sesuatu apapun, sebab telah
dipersiapkan seluruhnya.
Nabi Muhammad s.a.w. menasihati kita manusia yang
masih hidup di dunia sekarang
ini, hendaknya beranggapan sebagai orang asing atau
perantau yang bijaksana tadi. Dengan
demikian tidak hanya sekadar untuk makan minum saja
yang giat kita usahakan, tetapi bekal
untuk kembali ke kampung akhirat itulah yang wajib
lebih diutamakan. Bekal untuk
bepergian yang jauh ke tanahair akhirat itu tidak ada
lain kecuali memperbanyak amalan
yang shalih, menjalankan semua perintah Allah dan
menjauhi semua laranganNya.
Adapun maksud ucapan Ibnu Umar anhuma itu ialah supaya
segera-segeralah kita
melakukan amal-amal yang baik, jangan ditunda-tunda
waktunya. Kalau waktu pagi, jangan
menunggu sampai sore hari dan kalau waktu sore jangan
menunggu sampai pagi hari, sebab
kematian itu datangnya dapat sekonyong-konyong.
Demikian pula di saat badan sihat,
jangan memperlambat-lambatkan untuk beramal shalih,
sebab sakit itu dapat mendatangi
kita sewaktu-waktu. Juga selagi masih hidup ini
segeralah giat-giat berbuat kebajikan, sebab
mati itupun dapat juga mendadak, tanpa memberikan
tanda-tanda apapun.
Kini yang perlu kita perhatikan ialah:
(a) Dunia fana ini jangan sampai dianggap sebagai
tempat kediaman yang abadi, agar
kita tidak lengah untuk mencari bekal guna kebahagiaan
kita di akhirat.
(b) Ini tidak berarti bahwa untuk kebahagiaan kita di
dunia harus diabaikan, tetapi
antara dua kepentingan itu wajib kita laksanakan
bersamaan. Masing-masing sama dikejar
menurut waktunya sendiri-sendiri. Jadi di waktu datang
kewajiban ibadat jangan sekali-kali
digunakan mengejar duit atau sebaliknya.
(c) Mencintai hartabenda duniawiyah jangan melampaui
batas, hingga menjadi kikir untuk
melakukan kesosialan. Ingatlah bahwa semua yang kita
cintai itu pada suatu ketika pasti akan kita
tinggalkan, sedangkan hartabenda itu nantinya menjadi
milik orang lain dan tidak mustahil akan
dibuat bentrokan di kalangan anak dan cucu.
Perbanyaklah amal shalih sedapat mungkin dengan
harta yang kita miliki itu.
470. Dari Abu Abbas, yaitu Sahal bin Sa'ad as-Sa'idi
r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang
kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Ya Rasulullah,
tunjukkanlah padaku sesuatu amalan yang apabila
amalan itu saya lakukan, maka saya akan dicintai oleh
Allah dan juga dicintai oleh seluruh manusia."
Beliau s.a.w. bersabda: "Berzuhudlah di dunia,
tentu engkau dicintai oleh Allah dan berzuhudlah dari
apa yang dimiliki oleh para manusia, tentu engkau akan
dicintai oleh para manusia."
Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
lain-lainnya dengan isnad-isnad yang
baik.
471. Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma,
katanya: "Umar bin Alkhaththab r.a.
menyebut-nyebutkan apa yang telah didapatkan oleh
orang banyak dari hal dunia, lalu katanya:
"Sungguh saya melihat Rasulullah s.a.w. mengkerut
pada hari ini, beliau tidak mendapatkan kurma
yang bermutu rendahpun untuk mengisi perutnya."
(Riwayat Muslim)
Addaqal dengan fathahnya dal muhmalah dan
qaf, artinya ialah kurma yang bermutu rendah.
472. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya:
"Rasulullah s.a.w. wafat, sedang di rumahku
tidak ada sesuatu apapun yang dapat dimakan oleh
seseorang yang berhati - maksudnya oleh
manusia yang hidup, melainkan sedikit gandum yang ada
di rakku. Kemudian saya makan
daripadanya sampai lama halku sedemikian itu, kemudian
saya takarlah itu lalu habislah." (Muttafaq
'alaih)
Ucapannya: Syathru sya'irin itu artinya sedikit sekali dari
gandum itu, demikianlah yang
ditafsirkan oleh Imam Termidzi.
473. Dari 'Amr bin al-Harits, yaitu saudaranya
Juwairiyah binti al-Harits Ummul mu'minin
radhiallahu'anhuma-jadi isterinya Nabi s.a.w.,
katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak meninggalkan dirham,
tidak pula dinar, hambasahaya lelaki ataupun
perempuan, atau apapun juga ketika wafatnya,
melainkan hanyalah keledai putihnya yang dahulu
dinaikinya, juga senjatanya, serta sebidang tanah
yang dijadikan sebagai sedekah kepada ibnussabil -
orang yang dalam perjalanan." (Riwayat Bukhari)
474. Dari Khabab bin al-Aratti r.a., katanya:
"Kita semua berhijrah bersama Rasulullah s.a.w.
untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala, maka jatuhlah
pahala kita itu atas Allah Ta'ala. Lalu di antara
kita ada yang mati dan tidak pernah memperoleh
sesuatupun dari pahalanya itu - tetaptah - yakni
tidak pernah sampai memperoleh harta rampasan. Di
antara mereka itu ialah Mus'ab bin Umair r.a.
yang dibunuh pada hari perang Uhud dan meninggalkan
selembar baju lurik - seperti singa. Apabila
bajunya itu kita tutupkan pada kepalanya, maka
tampaklah kedua kakinya, dan apabila kita tutupkan
pada kedua kakinya, maka tampak kepalanya. Kemudian
Rasulullah s.a.w. menyuruh kita, supaya
kita tutupkan saja pada kepalanya, sedang di kedua
kakinya kita letakkan saja sedikit tumbuhtumbuhan
idzkhir - semacam tumbuh-tumbuhan harum
baunya. Di antara kita lagi ada yang sudah
masak buahnya, maka dapatlah ia memetik hasilnya itu -
maksudnya dapat menjadi baik nasibnya
karena kaum Muslimin mendapatkan kejayaan di mana-mana
(Muttafaq 'alaih)
Annamirah ialah pakaian yang berwarna,
terbuat dari bulu, Aina'at artinya sudah
matang dan masak. Yahdibuha dengan fathahnya ya' dan
dhammahnya dal atau boleh juga
dal itu dikasrahkan -jadi ada dua lughat untuk ini,
artinya memetik dan menuainya. Ini
adalah kata pinjaman bahwa Allah mengaruniakan kaum
Muslimin itu dapat memperoleh
kelapangan dari hal keduniaan dan menetaplah
kenikmatan mereka itu di dunia.
475. Dari Sahal bin Sa'ad as-Sa'idi r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Andaikata dunia ini di sisi Allah dianggap
menyamai - nilainya - dengan selembar
sayap nyamuk, niscayalah Allah tidak akan memberi
minum seteguk airpun kepada orang
kafir daripadanya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis shahih.
Maksudnya: Andaikata dunia ini bagi Allah dianggap
masih ada nilainya sekalipun
amat rendah, tentu orang kafir tidak akan diberi kenikmatan
yang sekecil-kecilnya pun di
dunia ini. Tetapi oleh sebab dianggap oleh Allah tidak
berharga sama sekali, maka banyak
saja orang kafir yang berlebih-lebihan rezekinya.
476. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Ingatlah, sesungguhnya dunia itu dilaknat,
dilaknat pula segala sesuatu yang ada di
dalamnya, melainkan berzikir kepada Allah dan apa-apa
yang menyamainya, juga orang
yang alim serta orang yang menuntut ilmu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan.
Keterangan:
Mal-'uunah, artinya dilaknati, yakni dibenci
dan rendah nilainya di sisi Allah. Jadi seluruh
dunia dan seisinya ini menurut Hadis di atas adalah
terlaknat, selain berzikir dan yang menjurus ke
arah mengingat kepada Allah, misalnya ketaatan yang
dapat menyampaikan diri kepada
keridhaanNya. Tetapi kita jangan sekali-kali salah
faham, yaitu dengan adanya keterangan dilaknat
itu lalu kita mencaci-maki hal-hal keduniawiyahan dan
membencinya secara mutlak. Tetapi
hendaknya kita ingat pula bahwa yang dimaksudkan itu
adalah yang menyebabkan menjauhkan diri
dari ketaatan kepada Allah Ta'ala ataupun yang
melalaikan kita, sehingga lupa kepada hal-hal
keakhiratan. Ayat-ayat dan Hadis-hadis yang
menjelaskan persoalan untuk giat mencari kebahagiaan
di dunia itu banyak sekali.
Demikian pula Hadis yang di bawahnya, agar kita jangan
terpengaruh dengan banyaknya
tanah yang kita miliki. Inipun sejiwa dengan yang di
atas, yakni memiliki banyak boleh saja, asalkan
jangan sampai mencintainya melebihi dari soal-soal
keakhiratan, sampai-sampai lupa kepada ajaran
agama karena terpesona dengan banyaknya hartabenda.
477. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Janganlah engkau semua terlampau cinta dalam
mencari sesuatu untuk kehidupan, sebab
dengan terlampau mencintainya itu, maka engkau semua
akan mencintai pula keduniaan."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan.
478. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu
'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w.
berjalan melalui kita dan kita saat itu sedang
mengerjakan perbaikan rumah, lalu beliau s.a.w.
bersabda: "Apa ini?" Kita menjawab:
"Rumah ini telah lemah - rusak, maka itu kita memperbaikinya."
Beliau s.a.w. bersabda: "Saya tidak mengerti akan
perkara ajal, melainkan akan lebih cepat datangnya
dari selesainya perbaikan ini."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi
dengan isnadnya Imam-imam
Bukhari dan Muslim dan Imam Termidzi mengatakan bahwa
ini adalah Hadis hasan shahih.
479. Dari Ka'ab bin 'lyadh r.a., katanya: "Saya
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya setiap ummat itu ada fitnahnya dan
fitnah ummatku ialah harta."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
480. Dari Abu 'Amr, ada yang mengatakan Abu Abdillah,
ada pula yang mengatakan Abu
Laila yaitu Usman bin Affan r.a. bahwasanya Nabi
s.a.w. bersabda:
"Tidak ada hak apapun bagi anak Adam - yakni
manusia - selain dari perkara-perkara ini,
yaitu rumah yang menjadi tempat kediamannya, pakaian
yang digunakan untuk menutupi auratnya
dan roti tawar - tanpa lauk - beserta air."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
Imam Termidzi berkata: "Saya mendengar Abu Dawud
yaitu Sulaiman bin Aslam al-Balkhi
berkata: "Saya mendengar an-Nadhr bin Syumail,
katanya: Aljilfu itu ialah roti tanpa lauk." Lainnya
lagi berkata: "Yaitu roti yang kasar,"
sedang Alharawi berkata: "Yang dimaksudkan di sini ialah
wadah roti seperti juwatik dan khurj." Wallahu a'lam.
481. Dari Abdullah bin as-Sikhkhir - dengan kasrahnya
sin dan kha' yang disyaddahkan serta
mu'jamah keduanya r.a., bahwasanya ia berkata:
"Saya datang kepada Nabi s.a.w. dan beliau sedang
membaca ayat - yang artinya: "Engkau semua
dilalaikan oleh perlombaan memperbanyak kekayaan."
Lalu beliau bersabda: "Anak Adam itu berkata:
"Hartaku, hartaku! Padahal harta yang benar-benar
menjadi milikmu itu, hai anak Adam, ialah apa-apa yang
engkau makan lalu engkau habiskan, apaapa
yang engkau pakai, lalu engkau rusakkan atau apa-apa
yang engkau sedekahkan lalu engkau
lampaukan - dengan tetap adanya pahala." (Riwayat
Muslim)
482. Dari Abdullah bin Mughaffal r.a., katanya:
"Ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.:
"Ya Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya saya ini
niscaya cinta kepada Tuan." Beliau lalu bersabda:
"Lihatlah baik-baik apa yang engkau ucapkan
itu."Orang itu berkata lagi: "Demi Allah, sesungguhnya
saya ini niscayalah cinta kepada Tuan." Dia
berkata demikian sampai tiga kali. Kemudian beliau s.a.w.
bersabda: "Jikalau engkau mencintai saya, maka
sediakanlah sebuah baju tijfaf untuk menempuh
kefakiran, sebab sesungguhnya kefakiran itu lebih
cepat mengenai orang yang mencintai saya
daripada cepatnya air banjir sampai di tempat
penghabisannya."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan.
Attijfaf dengan kasrahnya ta' mutsannat
dan sukunnya jim dan dengan fa' yang dirangkapkan
yaitu sesuatu yang dikenakan pada kuda untuk menjaga
dirinya dari bahaya - senjata dan lain-lain,
dan kadang-kadang pakaian sedemikian itu juga
dikenakan oleh manusia.
Keterangan:
Mungkin kita akan merasakan suatu keanehan pada sabda
Rasulullah s.a.w. kepada orang
yang menyatakan cintanya kepada beliau, lalu beliau
bersabda supaya orang itu bersiap-siap
mengenakan baju kefakiran. Mengapa demikian dan apakah
ada di balik sabda beliau itu yang
sebenarnya?
Kita wajib ingat bahwa orang yang menyatakan dirinya
kepada Nabi s.a.w., baik orang di
zaman sahabat dahulu ataupun di zaman kita ini,
berarti ia merasa ikut bertanggungjawab
menyebarluaskan agama yang benar yakni Islam yang
dibawa olehnya, bersedia berkorban, sanggup
menderita dalam menghadapi siapapun yang hendak
menghalang-halangi perkembangan agama itu.
Untuk berkorban itu, bukan hanya berupa omongan yang
keluar dari bibir yang tak bertulang, tetapi
wajib disertai dengan perbuatan, dengan menginfakkan
dan membelanjakan harta, menyumbangkan
tenaga dan fikiran dan bilamana diperlukan berjihadpun
suka mengikutinya. Jadi bukan sebaliknya,
misalnya mengakukan dirinya mencintai Nabi s.a.w.,
namun perbuatannya jauh bertentangan dengan
ajaran yang dibawa oleh Islam.
Karena itu, jikalau benar-benar mencintai Nabi,
pengabdian dan pengorbanan wajib ada.
Orang yang bersikap demikian itulah yang dimaksudkan
oleh beliau s.a.w. supaya menyiapkan diri
untuk mengenakan baju tijfaf liifaqri sebagaimana yang tercantum dalam
Hadis di atas. Wallahu a'lam.
483. Dari Ka'ab bin Malik r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah dua ekor serigala yang lapar yang
dikirimkan ke tempat kambing itu lebih
berbahaya padanya daripada tamaknya seseorang itu pada
harta dan kemegahan dalam
membahayakan agamanya,"
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
484. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. tidur di atas selembar tikar, lalu
bangun sedang di lambungnya tampak bekas tikar itu.
Kami berkata: "Ya Rasulullah, alangkah
baiknya kalau kita ambilkan saja sebuah kasur untuk
Tuan." Beliau bersabda: "Apakah untukku ini
dan apa pula untuk dunia -maksudnya: bagaimana saya
akan senang pada dunia ini. Saya di dunia
ini tidaklah lain kecuali seperti seorang yang
mengendarai kenderaan yang bernaung di bawah pohon,
kemudian tentu akan pergi dan meninggalkan pohon
itu."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
485. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda:
"Orang-orang fakir itu akan masuk syurga sebelum
orang-orang kaya dengan selisih waktu
lima ratus tahun."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan
bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
486. Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Hushain radhiallahu
'anhum dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Saya telah menjenguk dalam syurga, maka saya
melihat bahwa sebagian banyak
penghuninya adatah kaum fakir dan saya juga telah
menjenguk dalam neraka, maka saya melihat
bahwa sebagian banyak penghuninya adalah para wanita."
Muttafaq 'alaih dari riwayat Ibnu Abbas. Imam Bukhari
meriwayatkan pula dari riwayatnya
Imran bin Hushain.
487. Dari Usamah bin Zaid, radhiallahu 'anhuma dari
Nabi s.a.w. sabdanya:
"Saya berdiri di pintu syurga, maka sebagian
besar orang yang memasukinya itu ialah orangorang
miskin, sedang orang-orang yang kaya - berharta -
semua ditahan dulu, hanya saja orang-orang
yang menjadi ahli neraka telah diperintah untuk
dimasukkan dalam neraka seluruhnya." (Muttafaq
'alaih)
Aljaddu ialah bagian harta dan kekayaan,
Hadis ini telah lalu keterangannya dalam bab:
Keutamaan kaum lemah.
488. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w.,
sabdanya: "Setepat-tepatnya kalimat yang
diucapkan oleh seseorang syair ialah ucapan Labid -
yang artinya: "Ingatlah, semua benda yang selain
Allah adalah batil - atau rusak dan tidak kekal."
(Muttafaq 'alaih)
Lanjutan dari sya'ir di atas ialah:
"Dan setiap kenikmatan itu pasti akan hilang
yakni tidak kekal."
Jadi yang disabdakan oleh Nabi s.a.w. hanyalah separuh
bait yang pertama, sedang yang lanjutannya tidak.
Sebabnya ialah karena ada sesuatu kenikmatan yang
tetap kekal, yaitu kenikmatan yang akan diperoleh ahli syurga, apabila
mereka telah berada di dalamnya. Kenikmatan di situ
kekal abadi dan tidak akan lenyap sampai kapanpun juga.
Komentar
Posting Komentar