CERITA TERBALIK (KISAH KEHIDUPAN NYATA)
Ketika saya melihat kehidupan di perkampungan (di TV ataupun di media) saya selalu ingat akan seorang teman kecil saya, yang sudah saya anggap adik saya, dia seorang anak lelaki kecil yang dulu telah mengisi kehidupan saya masa lalu saya dengan sebuah pengalaman yang sangat berharga, menyenangkan namun banyak pelajaran tentang hidup darinya! kepolosan dialah yang membuat saya selalu tersenyum setiap saat.
Dia adalah FA, anak lelaki dari sebuah Desa di daerah Bandung bagian Barat, kampung yang masih subur dengan berbagai aneka pohon buah-buahan dan memang sangat potensial akan tanaman pertanian dan mungkin juga perdagangan. FA adalah anak seorang Kiyai (tokoh Agama masyarakat daerah sekitarnya) saya pertama kali bertemu dengannya di Sebuah Masjid Raya Pasar traditional di daerah Purwakarta (PWK), saat itu saya sedang melayad kakeh saya yang wafat di daerah Pasar Plered PWK, saat saya pulang dari masjid hendak ke rumah almarhum Kakek saya, saya kaget ketika sepatu saya tidak ada, meskipun tidak kenal dengan saya, FA menawarkan sandalnya tanpa ragu sungguh takan terjadi di kota kelahiran saya (Jakarta) kejadian seperti ini, dan pada saat itu hujan deras, FA juga mengasih paying yang dia punya entah itu meminjamkan atau mengasih, tapi yang saya tahu dia tidak ada di Masjid tersebut ketika saya hendak mengembalikan sandal dan payungnya.
40 hari kemudian saya bertemu dengannya di jam yang sama, waktu sholat Dzuhur ketika dia sedang duduk di teras masjid pasar Plered, saat saya menyapanya dia tidak ingat siapa saya, ketika saya memperlihatkan sandal dan payungnya dia “terima ksih banyak” itulah ucapan yang dia keluarkan pertama kali saat menerima sandal dan payung yang saya pinjam 40 hari yang lalau, seharusnya akulah yang mengucapkan kata “terimakasih”. Akhirnya sebagai ucapan terima kasih saya mengajaknya dengan mentraktirnya makan apapun yang dia suka, yang menurutnya paling dia inginkan, saya sangat kagum saat dia menjawab saya ingin makan mie ayam dan Es campur D karena sangat enak dan terkenal di daerah plered, padahal saya mengira dia akan makan di Restoran termahal, he he he . . .
Saat dia kemalaman pulang kerumahnya, saya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang karena tidak ada angkutan umum, tapi dia malah menolaknya dengan alasan rumahnya sangat jauh, dan malah mengkhawatirkan saya nyasar pulangnya. Di saat sedang terjepitpun masih saja dia mengkhawatirkan orang lain. Karena dia tidak mau saya antarkan akhirnya saya mengancam akan menagih uang yang tadi saya bayar untuk traktir dia makan mie ayam & Escampur D, dia tidak mampuh membayarnya dan akhirnya dia mau ku antarkan pulang, dia tidak punya uang untuk membayarnya makanya dia pasrah saya antar pulang. Ternyata memang benar rumahnya sangat jauh dari pasar plered malahan harus melewati hutan belantara dan gunung2 yang sepi sunyi, benar juga katanya saya akan menyesal. Tapi tidak apalah saya senang karena dengan uang saya mempermainkannya, (sori ya dek).
Saat peringatan 100 hari Almarhum kakek saya, memang saya sudah berjanji akan bertemu dengan Fa di masjid itu, namun karena saya ada ujian di sekolah saya (di Jakarta) saya tidak bisa datang ke rumah kakek saya di Plered pwk, waktu saya mengantarkan Fa saya sempat menanyakan alamat Fa pada tukang ojek yang waktu itu mengantarkan saya, meskipun tidak tahu kode postnya namun saya tetap nekad mengirimnya sepucuk surat untuknya, saya hanya berharat surat saya sampai ke Fa yang isinya :
Ass . . . hai Fa apa kabarnya?? Maaf ya saya tidak bisa datang untuk menemui kamu soalnya saya ada urusan di sekolah yang tidak bisa saya tingalkan, saya sangat merindukan kamu, jangan marah ya, saya berjanji suatu saat saya akan menemui kamu lagi,
Kalau kamu ingin bercerita dengan saya kamu kirim surat saja ke alamat saya ini alamat post saya
Nama Rajh mohammad aslam
Alamat : jl xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pasti akan saya balas, thk’s ya!!
Saya tidak tahu apakah dia mau membaca surat saya atau tidak, berharap dia mau terus berteman dengan saya, dan saya menunggu surat dari Fa setiap hari, 2 bulan kemudian saya baru mendapatkan surat yang pertama dari Fa anak lelaki kampung yang membuat saya merindukannya.
Dia adalah FA, anak lelaki dari sebuah Desa di daerah Bandung bagian Barat, kampung yang masih subur dengan berbagai aneka pohon buah-buahan dan memang sangat potensial akan tanaman pertanian dan mungkin juga perdagangan. FA adalah anak seorang Kiyai (tokoh Agama masyarakat daerah sekitarnya) saya pertama kali bertemu dengannya di Sebuah Masjid Raya Pasar traditional di daerah Purwakarta (PWK), saat itu saya sedang melayad kakeh saya yang wafat di daerah Pasar Plered PWK, saat saya pulang dari masjid hendak ke rumah almarhum Kakek saya, saya kaget ketika sepatu saya tidak ada, meskipun tidak kenal dengan saya, FA menawarkan sandalnya tanpa ragu sungguh takan terjadi di kota kelahiran saya (Jakarta) kejadian seperti ini, dan pada saat itu hujan deras, FA juga mengasih paying yang dia punya entah itu meminjamkan atau mengasih, tapi yang saya tahu dia tidak ada di Masjid tersebut ketika saya hendak mengembalikan sandal dan payungnya.
40 hari kemudian saya bertemu dengannya di jam yang sama, waktu sholat Dzuhur ketika dia sedang duduk di teras masjid pasar Plered, saat saya menyapanya dia tidak ingat siapa saya, ketika saya memperlihatkan sandal dan payungnya dia “terima ksih banyak” itulah ucapan yang dia keluarkan pertama kali saat menerima sandal dan payung yang saya pinjam 40 hari yang lalau, seharusnya akulah yang mengucapkan kata “terimakasih”. Akhirnya sebagai ucapan terima kasih saya mengajaknya dengan mentraktirnya makan apapun yang dia suka, yang menurutnya paling dia inginkan, saya sangat kagum saat dia menjawab saya ingin makan mie ayam dan Es campur D karena sangat enak dan terkenal di daerah plered, padahal saya mengira dia akan makan di Restoran termahal, he he he . . .
Saat dia kemalaman pulang kerumahnya, saya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang karena tidak ada angkutan umum, tapi dia malah menolaknya dengan alasan rumahnya sangat jauh, dan malah mengkhawatirkan saya nyasar pulangnya. Di saat sedang terjepitpun masih saja dia mengkhawatirkan orang lain. Karena dia tidak mau saya antarkan akhirnya saya mengancam akan menagih uang yang tadi saya bayar untuk traktir dia makan mie ayam & Escampur D, dia tidak mampuh membayarnya dan akhirnya dia mau ku antarkan pulang, dia tidak punya uang untuk membayarnya makanya dia pasrah saya antar pulang. Ternyata memang benar rumahnya sangat jauh dari pasar plered malahan harus melewati hutan belantara dan gunung2 yang sepi sunyi, benar juga katanya saya akan menyesal. Tapi tidak apalah saya senang karena dengan uang saya mempermainkannya, (sori ya dek).
Saat peringatan 100 hari Almarhum kakek saya, memang saya sudah berjanji akan bertemu dengan Fa di masjid itu, namun karena saya ada ujian di sekolah saya (di Jakarta) saya tidak bisa datang ke rumah kakek saya di Plered pwk, waktu saya mengantarkan Fa saya sempat menanyakan alamat Fa pada tukang ojek yang waktu itu mengantarkan saya, meskipun tidak tahu kode postnya namun saya tetap nekad mengirimnya sepucuk surat untuknya, saya hanya berharat surat saya sampai ke Fa yang isinya :
Ass . . . hai Fa apa kabarnya?? Maaf ya saya tidak bisa datang untuk menemui kamu soalnya saya ada urusan di sekolah yang tidak bisa saya tingalkan, saya sangat merindukan kamu, jangan marah ya, saya berjanji suatu saat saya akan menemui kamu lagi,
Kalau kamu ingin bercerita dengan saya kamu kirim surat saja ke alamat saya ini alamat post saya
Nama Rajh mohammad aslam
Alamat : jl xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Pasti akan saya balas, thk’s ya!!
Saya tidak tahu apakah dia mau membaca surat saya atau tidak, berharap dia mau terus berteman dengan saya, dan saya menunggu surat dari Fa setiap hari, 2 bulan kemudian saya baru mendapatkan surat yang pertama dari Fa anak lelaki kampung yang membuat saya merindukannya.
Komentar
Posting Komentar