Benarkah Cintaku yang salah tempat?? (Kisah Cinta)


Rita. Pertama kali aku mengenalnya saat aku pulang ke kampung Halamanku, setelah lama aku tinggal di Daerah Cikarang (di rumah uwak saya) untuk mencari pekerjaan hampir 3 bulan namun tidak dapat hasil hanya hidup berpoya-poya dengan uang pemberian uwak saya (sekarang sudah almarhum), di kampung Saya terkenal dengan orang yang sangat Kuper (kurang pegaulan) tidak merokok, selalu memakai kemeja longgar, celana bahan, untung saja tidak memakai kacamata_entar saya dikira orang jenius_ he he he
namun aku tetap saja memiliki beberapa teman/kenalan yang masih menghargaiku, meskipun mereka bukan sahabat saya. Yadi salahsatunya, Yadi orangnya Cuex, terkenal dengan ke sopanan dan ramahnya, namun akhir-akhir ini dia menekuni belajar ajaran agama islam yang sesungguhnya, di pesantren tempat saya bertemu dengan berbagai umat Muslim dari berbagai daerah. Kebetulan dia ingin bisa mmembacakitab bahasa Sunda & melayu yang di tulis dengan huruf Arabic, dan saya dengan senang hati mau membantunya bukan karena saya mengharap pahala namun karena saya tidak ada kerjaan aja hanya malsa-malasan.
Lama kelamaan kamipun akrab karena sering bertemu di berbagai acara islami seperti Pengajian, Ziarah Kubur, tawasulan, solawatan dll, aku memiliki banyan pengalaman tentang dunia islam/pesantren, Yadi memiliki banyak pengalaman tentang dunia pendidikan, perantauan dan kerjaan dari situlah kami sering sharing, tuker pendapat dan sebagainya yang membuat kami senang.

Pada suatu malam Yadi mengajakku untuk menemaninya ke Masjid kampung sebelah. Aku tidak tau apa tujuannya namun aku hanya mengiyakan saja tanpa bertanya, mungkin nanti juga aku akan tau apa tujuannya!! Apalagi bagi seorang lelaki yang biasa di burunya selain Tahta dan Wanita, yap, Yadi menunggui seorang gadis tetangganya yang masih mengaji di masjid namanya Rani.
Sebenarnya yadi sudah lama mengincar Rani, namun selalu gagal untuk main kerumahnya karena Orang tua Rani sepertinya kurang merespon tiap kali Yadi berkunjung ke Rumah Rani, dia selalu di hadang oleh sang Ayah Rani dengn sopan dan Ramah menolak dengan cara tidak langsung. Dan akhirnya Mereka menjalin hubungan dengan tanpa sepengetahuan orang tua Rani hanya aku yang tahu selain mereka.
Rani memang Cantik, namun menurutku Lebih cantik lagi temannya yang bernama Rita. Semenjak pertamam kali aku mengantar Yadi ke tempat pengajiannya aku sudah dikenalkan oleh Yadi dengan Rita, namun saat itu aku menanggapinya dengan sikp dingin (biasa saja) aku di kenalkan oleh Yadi pada malam jumat saat itu Yadi mau menunggu Rani yang sedang mengaji namun tiba-tiba Rita datang membawa surat dari Rani untuk Yadi, saya dikenalkan dan kenalan kami tidak berjabat tangan maklum di kampung dan kami masih berstatus santri he he (tapi dalam islam memang harus seperti itu).

Aku mulai menyukainya saat Rita menyuarakan bakatnya di pengajian, saat itu aku main ke rumah Yadi namun kata orang tuanya dia sedang keluar, _wah mungkin saja dia menunggu Rani di pengajiannya_ akhirnya akupun memutuskan untuk menyusulnya ke pengajian satri wanita, dan ternyata Yadi tidak ada di sana “hm,,,, kemana ya??” gumanku lalu aku duduk di teraas luar pengajian santri wanita, aku melamun entah apa yang kulamunkan, tiba-tiba aku mendengar suara perempuan sedang mengaji alquran sangat merdu dengan tajwid yang paasih, karena aku penasaran akhirnya aku nekad mengintip dari jendela maklum di kampung jam 7 malam sudah sepi banget aku naik ke jendela dan mengintip ternyata yang sedang membaca alquran itu adalah Rita, aku langsung turun dari jendela dan duduk “wah udah cantik pintar eh suaranya juga bagus apalagi tajwidnya juga sangat bagus” lalu tiba-tiba ada Yadi sama 3 temannya menghapiriku “hayo kamu lagi ngapain?” aku hanya senyum-senyum sambil menggaruk garuk kepala yang tidak gatal.

Semenjak itu aku mulai pedekate sama Rita aku sering mengantarkannya pulang ke rumahnya kalau dia pulang ngaji kami jalan kaki bareng ber empat aku, Yadi, Rita, & Rani menyusuri sawah yang di terangi cahaya rembulan yang begitu terang, benar-benar sangat indah dan mengesankan.
Semenjak itu aku sering main ke rumah Rita meskipun dengan atau tanpa di anter oleh yadi ataupun siapapun temanku, padahal aku penakut namun aku memaksakan diri entah kenapa seakakn aku memiliki keberanian yang super! Sudah 9 kali aku main kerumahnya namun aku belum juga menyatakan perasaanku padanya, akua selalu merasaa belum saatnya yang tepat untuk mengutarakan semua perasaanku padanya ‘ah dia juga pasti tau perasaanku” guman hatiku.

Tidak terasa aku sudah 3 bulan pedekate dengan Rita namun belum dapat mengutarakan perasaan, malam ini harus mau tidak mau, dan apapun jawabannya aku akan menerimanya. Tenyata rencanaku tidak berjalan mulus, semenjak malam itu Rita jadi selalu menghindar dariku, bahkan membalas suratkupun dia enggan, aku menanyakan hal ini pada Rani, namu Rani hanya bilang “aku tidak mau ambil kesimpulan takut serba salah” aku tidak mengerti aku seakan di campakan oleh Rita sudah hampir 3 minggu, akhirnya malam selaa ini aku nekad main ke rumahnya meskipun Rani melarangku main atau menenmui Rita aku tidak peduli.
Dan terjawablah semua yang aku pertanyakan selama ini, Rita di jodohkan oleh orang tuanya dengan pemuda dari daerah purwakarta, pasti Rita juga memang suka pemuda itu, kalo tidak suka kenapa dia nurut aja di jodohin, memang dia penurut dn pendiam. dia karyawan perusahaan ternama, najis! gw di singkirkan/di campakan begitu saja bagai sampah yang sudah tidak bisa di daur ulang ungkap hatiku padanya , bahkan diapun mengundangku pada hari pernikahannya, aku sudah berangkat ke Cikarang rumah uwakku dua hari sebelum hari pernikahan Rita dengan Arya pemuda Kota Purwakarta yang sudah mapan “Selamat lah” meskipun hatiku sumpah tidak bisa menerima penghinaan & pengkhianatan ini namun Pernikahan adalah ibadah dan sudah ada yang mengaturnya.

Hanya 2 minggu aku di Cikarang akhirnya aku kembali ke kampung halamanku yang hijau dan sejuk itu, aku mendengar banyak berita dari Yadi, rani dan teman-teman Rita tantang berita rumahtangga yang harmonis itu “katanya”. Aku tidak mau merasa kalah akhirnya aku mendekati Dina tetangganya Rita, dina juga memang cantik namun dia tidak nyantri jadi yan begitulah anak muda yang gaul pelajar tanpa ada didikan agam islam.
Aku sebenarnya dari dulu memang suka sama Dina dia cantik dan ramah juga namun terlalu gaul jadi banyak teman-teman ce-co namun dia masih jomblo _itu pengakuan dia Lho_ entah karena atas dasar apa dia menerimaku padahal kami baru jalan 3 kali, aku sering main ke rumah Dina siang kadang malam bebaslah orangtuanya juga cuex-cuex saja karena sudah biasa temen-temen Dina suka pada main kesini” kata bapaknya yang tiap hari sibuk di Sawah dan ladangnya. Aku kaget ketika sedang di rumag Dina siang hari tiba-tiba ada Rita ke Rumah Dina mengantarin Sayur (biasa di kampung kami saling mengasih makanan sudah tradisi) Rita terlihat sangat kurus, agak hitaman dikit dan kadang juga lepas kerudung, aku selalu tau dan selalu ingin tau tentang Rita baik itu dari Dina, ataupun orang tua Dina selaku tetangganya.

Yang mengagetkanku lagi, aku mendengan Rumah tangga Rita yang baru seumur jagung sudah di ujung tanduk "ya Alloh" _ ucapku dalam hati semoga ini hanyalah gosip!!, padahal aku sudah mengikhlaskannya (soknya aku merasa ini karma) naudzubillah. Setiap kali aku ketemu dengan Rita aku ingin mengobrol banyak _kayaknya aku masih naruh hati padanya_, namu sepertinya hal itu sangat tidak akan mungkin orang Rita kalau ketemu saja dia tidak pernah tersenyum, lalu lari (lebih tepatnya jalan cepat tanpa nengok kanan-kiri) padahal aku sudah tersenyum lebar sia-sia deh senyumanku yang maanis ini!! Entahlah kenapa dia begitu sama dirirku apakah dia Cemburu? Prett, apa dia malu? Ah gak mungkin, atau dia malas aja lihat aku?/ mungkin juga bosen kali!

Ketika aku sedang menunggu Dina ke sawah bareng orang tuanya (kalo di kotamah ke Mall ya) aku melihat Rita sedang menjemur pakaian lalu aku menghampirinya agak jauh entar di gebukin warga!!
“hai apa kabar” sambil senyum-senyum pede aku mengawali pembicaraan.
Tapi dia masih seperti biasa cuex, dan hanya memandangiku dengan sikap aneh “sombong ya, apa salahku?” masih ngotot aku
“kenapa kamu kejam?” akhirnya dia ngomong juga meskipun sambil membenahi jemuran pakaiannya dan memalingkan muka.
“jangan suka membalikan Fakta” sergahku sambil melirik kanan kiri
Dia tidak menjawabnya, “kamu hitaman kurus lagi” tanyaku serius
“apa pedulimu? Aku senang dengan kehidupan ini”
“kalau senang kenapa kamu tidak pernah tersenyum?” tanyaku
“untuk apa aku senyum hatiku saja masih terluka dan mungkin takan pernah sembuh”
“semua luka pasti ada obatnya kan?” ucapku sambil agak menjauh darinya takut ada sesuatu yang tidak di inginkan.
“ya, obatnya ada pada orang yang telah membuat luka di hatiku, dan orang itu telah mati”
Aku sangat kaget mendengar ucapan dia seperti itu “siapa maksudmu?”
“aku takperlu menjawabnya kamu sudah tau” lalu dia masuk ke rumahnya dan menutup pintunya. Aku masih tidak mengerti dengan apa yang dia lontarkan padaku, namun tak mungkin jika aku harus menyusulnya ke rumahnya untuk mendapatkan jawaban itu!!
2 hari kemudian aku bertemu dengan Rani karena dia yang meminta untuk ketemuan di teras masjid pulang ngajinya, “ih pasti lama ya nungguin nya A?” suara manjanya baru kali ini keluar saat berbicara denganku, “iya Rani, ada apa ngajak ketemuan?” tanyaku langsung tanpa basa-basi
‘‘ini aku ke amanatan Surat dari Rita” katanya sambil menyodorkan Surat melalui Jendela yang dia buka tadi. “hah surat dari Rita?” aku kaget! Oke makasih ya,
“udah A cepetan pergi nanti ketahuan Guru ngajiku” usirnya, aku langsung pergi saja tanpa mengucapkan terima kasih. Aku ingin segera ke pesantren untuk membuka dan membaca seluruh isi surat dari Rita, mungkin saja jawaban/sambungan yang kemarin kami ngobrol.

Ass . . wr . wb.
Sebelumnya saya minta maaf jika kemarin saya pergi begitu saja, dan memang saya selalu pergi begitu saja tanpa pamit, aku hanya wanita yang tidak berdaya, terkadang harus peergi.
Dulu saat saya bertemu dengan seorang Lelaki yang temen saya kenalkan pada saya, saya sangat suka sama dia, dan bahkan berharap lebih darinya, bukan hanya kenal.

Aku selalu menunggunya untuk mengatakan apa maksudnya mengantarkan saya selalu hampir setiap malam pulang ngaji. Sudah hampir 100 hari aku mennggunya namun tetap sama aku tidak dapat mendapatkan kepastian darinya.
Sampai tibalah ada seorang Pemuda dengan berani mengatakan isi hatinya pada saya, bahkan dia mengungkapkannya juga pada orangtua saya sebagai bukti bahwa dia berani dan serius dalam menjalin hubungan. Namun orangtua saya tidak menerima begitu saja beliau menyerahkan semua keputusan pada saya, meskipun orangtua saya berharap saya menenrimanya langsung karena mereka sudah lama mengenal pemuda itu dari dulu kecil semenjak kami tetanggaan sebelum keluarganya pindah dan menetap di purwakarta.
Sebenarnya kau waktu itu masih menunggu kepastian dari seorang lelaki yang kusukai yang di kenalkan rani malam itu, namun dengan mengambil keputusan aku meminta waktu seminggu untuk berpikir. Padahal aku sudah tidak akan berpikir hanya menunggunya.
Namun entah kenapa Lelaki yang saya sukai itu malah menghilang, bahkan sepulang ngaji saya selalu dia datang hanya untuk memberi kepastian, setiap malam saya selalu menunggu cemas dan berharap namun lelaki itu tidak juga datang menemui saya, sampailah tiba waktu yang saya janjikan pada pemuda yang melamar saya untuk meminta jawaban atas lamarannya.
Malam itu sebenarnya saya tidak memberi keputusan untuk menerimanya ataupun menolaknya, saya hanya diam saat kedua orangtua saya menenyakan, dan tanpa bertanya lagi orangtua saya memberi jawaban iya, mendengar orangtua saya menerima lamaran itu saya tidak sedih ataupun bahagia, saya hanya tak habis pikir dengan lelaki yang saya sukai begitu tega dia menghilang disaat saya membutuhkannya.dan hari/tanggalpun di tetapkan secepatnya.
Pada saat itulah aku berharah aku tidak akan pernah bertemu dengan Lelaki yang saya sukai itu selamanya, namun malam ke 3 setelah lamaran itu tiba-tiba dia menungguku di tempat ngaji dan mengantarkanku sampai kerumah namun kularang dia masuk, dia menyatakan seluruh perasaannya padaku, aku hanya bisa menangis dan diam, andai saja waktu dapat terulang kembali, aku tidak memberikan jawaban, bahkan tidak berkata sepatha pun, aku hanya menangisi sema yan terjadi, apa ini semua salahku yang tak sabar menunggu, apa salahnya yang telat mengatakan isi hatinya padaku?? Aku masuk kamar tanpa kupedulikan lelakia itu, aku hanya bisa menangis. meskipun aku mengundangnya namun itu hanyalah kepalsuan yang kuberi padanya, ternyata benar lelaki itu tidak hadir di pernikahan saya entah apa maksudnya, namun hati ini tidak bia berbohong saya tetap saja mengharapkan dia datang, namun itu tidak terjadi, mungkin Doaku di kabulkan Tuhan, saya menanyakan kabar lelaki itu pada Rani, ternyata benar saja lelaki itu sudah pergi ke tempat yang jauh dari jauh-jauh hari.

Ketika aku mulai melupakannya, aku membangun rumahtangga dengan seorang pemuda yang halal bagiku, dan lama kelamaan entah ini cobaan, ataukah baru kutau siapa pemuda yang kuniakahi ini, aku selalu saja bertengkar hanya masalah kecil, dan kenapa sasya selalu yang disalahkan, rumahtangga kamipun seakan hambar seperti awal kami ketemu. Ditamabah lagi saya bertemu dengan lelaki yang dulu ku sukai, lelaki yang kejam tega meninggalkanku sendirian di saat aku membutuhkannya.
Maka dengan beberapa lembar surat ini saya berharap semoga lelaki itu menghilang dari kehidupanku selamanya apapun alasannya. Jika lelaki itu benar mencintaiku maka dia akan memenuhi permintaan terakhirku.

Aku melipat surat itu lalu kumasukan ke dalam amplop dan ku tutup,  tak terasa air mataku sudah membanjiri seluruh pipiku, hm, ternyata aku selama ini yang pengecut tak salah jika dia menerimanya sebagai suaminya meskipun kami sudah saling. . . ah sudahlah semua itu telah berlalu.  “aku berjanji akan memenuhi permintaanmu Rita” janji hatiku, lalu aku meminta Abang saya untuk membelikan tiket pesawat ke Batam, meskipun tidak ada pekerjaan diana, namn aku memaksa akan mencari sendirir pekerjaan. Dan akupun pergi kebatam seminggu setelah saya mendapatkan surat dari Rita yang di titipkan sama Rani.
Sampai saat ini sudah 4 Tahun semuanya berlalu, namun kadang aku masih mengharapkannya, namun aku selalu menanyakan kabarnya dari Rani, yadi atau temanku yang tau tentangnya di kampung.
namun sekarang semua itu sudah musnah terkubur masalalu yang sangat indah namun menyakitkan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Nama Bulan Dalam Agama Islam

“Abdi” Bahasa Sunda ( Warga Negara )

Cerita Dewasa Aku dan ibu kost ( life stories )