Bahaya!!! Generasi bangsa tanpa Dasar Iman dan tanpa Dukungan/perhatian Pemerintah ( Agama Islam )


Saya akan bercerita sedikit tentang kehidupan di kampung saya dan sekitarnya. Dimana terdapat banyak pengajar Agama (Guru ngaji/Ustadz) yang setiap hari mengajarkan anak-anak di kampung kami untuk belajar membaca Al Quran, peraktek Ibadah sehari-hari, ilmu pengetahuan Agama dan lain sebagainya. Lalu saya bertanya, berapa para pengajar itu di bayar? Sangat sedikit yang di bayar, namun kebanyakan dari mereka seikhlasnya, dan tanpa di bayar Rp 1 pun. Kok mau ya mereka tidak di bayar? Itulah mereka, belajar agama islam demi untuk membela, mengagungkan Agama, dengan mengajarkannya kepada Orang lain dengan Niat karena Alloh yang akan membalasnya.bukan hanya untuk mencari materi/kekayaan.
Waktu kemarin Bulan Februari (2013) saya pulang kampung, kebetulan saya mengambil Cuti tahunan saya 8 hari. saya sempat mewawancarai satu dari mereka yang mengajar Agama tanpa bayaran (gratis) sebut saja “Amang” panggilan anak-anak kepada lelaki yang menjadi  Guru ngaji (guru Agama) di kampung kami. Amang lelaki kelahiran Subang ini selalu mengajarkan  anak-anak di kampung saya membaca al Qurana, doa-doa, peraktek/teori ibadah dan lain-lain, bisanya di siang hari seusai anak-anak pulang sekolah. padahal kalau dulu ketika saya masih anak-anak belajar ngaji itu sesudah sholat Magrib berjamaah sampai jam 8 malam, dan sangat banyak dari kampung sebelah juga ada yang ikut belajar di Masjid kampung saya. Kebanyakan anak-anak hanya mengikut saja ngaji/belajar Agama, bukan dasar karena di suruh orang tua mereka.Namun  sekarang jam belajarnya di ganti menjadi Siang hari, kata si Amang kalau malam anak-anak pada tidak mau Belajar, karena jadwal menonton TV. Ya, tentu saja TV sekarang berbeda dengan TV di jaman saya, dulu waktu saya masih anak-anak  Tv belum di kuasai dengan Sinetron dan Gosip (info taintment) bahasa Modernnya.
Si Amang tidak memunggut biaya pada anak-anak yang belajar agama di kampung saya, katanya dulu pernah meminta bayaran se ikhlasnya, namun anak-anak itu malah di larang ngaji lagi sama Orang tuanya “subhanalloh” saya kaget ketika isterinya si Amang menceritakan itu pada saya. dan sejak itu sampai sekarang si Amang tidak pernah lagi meminta apapun kepada anak-anak yang belajar Agama. Semoga saja Alloh selalu memberi kemudahan pada keluarga itu selalu setiap saat “amin”
Kasihan sekali ya padahal si Amang juga butuh makan dan wajib menafkahi anak Isterinya, padahal di tanah kelahiran si Amang setiap hari mengajar anak-anak belajar Agama islam, selalu ada yang memberi sodaqoh, dan alhamdulillah rejekinya selalu ada. Jadi si Amang hanya fokus ke urusan Agama islam saja tidak usah memikirkan nafkah untuk anak Isterinya. Namun si Amang pindah ke kampung halaman saya karena dia mengikuti isterinya yang memilih mukim/tinggal di tanah kelahirannya (satu kampung dengan saya).
Si Amang lulusan SMA (sekolah menengah atas) namun si Amang lansung masuk pesantren, dan fokus/tekun mempelajari ilmu agama Islam, saya tidak tau berapa lama waktu si Amang belajar di pesantren, namun sejak lulus SMA si Amang terus belajar di pesantren sampai dia menikah dengan isterinya yang sekarang saya wawancarai juga (mereka menikah pada taggal 11 Juni  2008), sedangkan isterinya hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar sampai di bangku kelas 4, dan dia  berhenti sekolah, lalu masuk Pesantren sampai menikah dengan si Amang.hebat sekali ya Orangtua mereka!!
Kadang saya merasa iri hati dengan keluarga ini, mereka tidak punya mata pencaharian yang tetap, namun bisa  bermanfaat bagi orang lain, mengajari anak-anak orang lain di kampung saya, tanpa meminta bayaran 1 sen pun, meskipun mereka tidak memiliki usaha/pekerjaan, namun mereka dengan ikhlasnya tetap mengajari anak-anak yang ada di kampung kami belajar agama islam. Meskipun demikian, para orangtua mereka tidak ada rasa bersyukur ataupun berterima kasih kepada si Amang yang telah mengajari anak-anak mereka ilmu agama islam.
Kadang saya selalu berharap lebih tepatnya mengkhayal, semoga saja ada orang yang mau memberi sedikit Rejeki padanya, atau mereka memiliki Modal untuk buka usaha sampingan agar tetap fokus mengajari anak-anak di kampung kami belajar agama Islam. Semoga saja Allohu Robbana memberikan kemudahan dalam segala urusan mereka “amin”.
Itulah sebabnya saya mencintai Kampung Halaman saya, dimana masih terdapat Orang yang melakukan karena Alloh, ikhlas dan tanpa mengharapkan apapun dari manusia. Karena menurut saya Generasi bangsa ini sangat bahaya jika tanpa dasar Agma, karena mereka tidak mengenal siapa Tuhan yang menciptakan Bumi ini dan seluruh isinya, mereka juga tidak akan merasa bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan oleh hati, mata, Telinga, lidah, mulut dan anggota tubuh lainnya, akan di perhitungkan di Akhirat setelah Mati. Manusia yang tidak punya dasar pendidikan Agama islam tidak akan mengetahui bahwa Alloh itu maha mengetahui seluruh isi hati/niat Manusia, karena dialah yang menciptakan Manusia.
Semoga Anak-naka kita kelak akan menjadi Generasi bangsa dengan Dasar agama  dan Iman yang kuat dan lurus. Agar selamat di Dunia dan juga selamat di Akhirat (setelah meninggal).
Apalagi saya yang kesehariannya mengais rejeki di Kota metropolitan, dimana anak-anak masih kecil lebih dewas dari usianya, anak-anak yang di beri kebebasan oleh orangtuanya untuk memilih apapun itu sesuai ke inginan anaknya,  dimana setiap saat tidak pernah lepas dari Perangkat Lunak, yang isinya berbagai permainan yang membuat anak malas, dan kurang peduli dengan bersosialitas di dunia nyata. Hanya Alloh yang mengetahui segalanya, saya hanya menyampaikan apa yang saya alami dan saya rasakan.
Demikian artikel Blog saya.
Wassalam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Nama Bulan Dalam Agama Islam

“Abdi” Bahasa Sunda ( Warga Negara )

Cerita Dewasa Aku dan ibu kost ( life stories )