Rumah tangga adalah Surga dan Neraka Bagimu ( life stories )
Pernah mendengar atau membaca kalimat diatas? Kalimat itu saya ambil dari sebahagian ayat alQuran, dan juga dari hadist. Mungkin nyambung atau tidak, karena Saya akan berbagi sebuah kisah. Ini adalah bukan kisah hidup saya, namun menurut saya sangat menyedihkan, dan semoga ada hikmah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup dari kisah yang akan saya ceritakan. Sebenarnya ini sebuah kisah nyata, karena saya melihat meskipun tidak sepenuhnya dengan mata kepala saya sendiri, semua kisah yang akan saya tuangkan ke Blog farid aslam ini, namun saya juga telah banyak mendengarkan begitu banyak kisah sahabat (seagama) saya ini, saya juga telah meminta izin “cuman tidak tau dia setuju apa tidak”.
Demi untuk kerahasiaan rumah tangga
sahabat saya, mungkin akan ada beberapa
hal dalam kisah ini akan sara ubah, namun tetap tema dan maksudnya
adalah untuk kebaikan, lagipula saya akan mebicarakan sebuah kisah untuk
mengambil hikmah dan pelajaran, bukan menceritakan aib atau celah sahabat saya. Semoga saja bermanfaat.
Sahabat saya pernah bercerita
seperti ini “ se keras apapun ujian dan cobaan rumah tangga kami, saya
selalu membuatnya tidak akan pernah cekcok demi anak saya yang tercinta, namun
sebisa mungkin saya selalu membuatnya agar tidak menjerumuskan baik itu
keluarga saya, maupun kehidupan saya” (diri sendiri).
Cerita ini di mulai Pada hari Ibu, ya semua orang banyak yang merayakan Hari Ibu
dengan berbagi kebahagiaan kasih sayang bersama sang ibunda tercinta, dan begitupun dengan saya, diam-diam saya
pergi ke rumah Ibunda saya, tanpa sepengetahuan isteri saya. Saya beralasan ada
meeting dengan klien. sebenarnya saya juga bingung, karena sore itu punya acara sama isteri, namun mau bagaimana lagi.
Bagaimanapun juga Ibunda yang telah
melahirkan dan merawat saya tanpa pamrih, dan memang surga saya ada di bawah
telapak kakinya, juga ridhonya adalah ridho Alloh juga.
Saat itu Saya seakan dikejar-kejar
waktu, disatu sisi saya senang karena telah mencurahkan rasa bakti dan cinta
saya kepada Ibunda saya, namun di sisi lain saya merasa berdosa kepada isteri
saya karena harus berbohong. alhamdulillah isteri saya tidak mencurigainya,
“maafkan saya isteriku” guman hati kecil saya merasa berdosa kepada isteri
saya.
Waktu itu saya sempat melihat dia tweet
di Twitter isteri saya “kami juga punya acara Boss”. Saya yakin itu ungkapan
kekesalan isteri saya karena acara kami
tercancel/pending. Saya hanya bisa tersenyum dan menyesalinya, karena harus
membatalkan sepihak acara saya dengan isteri saya hari itu.
Tapi saya sangat bersyukur pada hari
itu, karena Alloh menolong saya dengan
cepat, sore harinya saya pulang dari Rumah Ibunda saya,meskipun hanya sebentar
dan dengan terburu-buru, karena saya masih lebih memilih Isteri daripada Ibu
“astagfirulloh hal Adzim’ guman hati saya sambil mengelus dada ketika saya
ingat kalo saya lebih memilih isteri dan anak-anak ssaya daripada Ibu saya sendiri.
dan alhamdulillah dengan izin Alloh sya
juga bisa ngumpul denbgan keluarga saya sore harinya lalu saya menonton dengan
iateri saya.
Sebenarnya saya ingin sekali mengajak
isteri saya berkunjung ke rumah Orangtua saya, namun hal itu belum bisa mungkin
untuk saat ini, isteri saya sudah tidak mau lagi berkunjung ke Rumah Ibu saya
(orangtua saya) semenjak ada percek-cokan rumah tangga kami beberapa Bulan yang
lalu, saat itu saya meninggalkan Rumah dan bermalam di rumah Orangtua saya beberapa hari. Memang saya lebih memilih
untuk meninggalkan Rumah jika ada beberapa masalah Rumah tangga kami yang tidak
bisa cepat di selelsaikan, selalin untuk menjernihkan pikiran saya juga
beranggapan seorang isteri meninggalkan
Rumah itu tidak baik.
Mungkin sejak saat itu isteri saya
berperasangka kalau dia sudah tidak di terima lagi di keluarga saya, padahal
itu hanya perasangka dia saja. Karena
bagaimanapun juga Orang tua saya selalu memafkan kesalah saya dan juga keluarga
saya, saya sudah beberapa kali menjelaskannya dan Bahkan saya sudah menasehati isteri saya
kalau semuanya itu hanyalah perasaan isteri saya saja, namun isteri saya tetap tidak mau dan keras
kepala. Sejak kejadian itu isteri saya sudah menganggap kalau dia sudah cerai
dengan keluarga saya. Saya memang sangat bingung dan bagaimana tidak, saya harus berbakti kepada orang tua yang
tanpa pamrih merawat dan menyayangi saya sepenuh hati, karena Ridho Tuhan ada
pada ridho Orangtua saya, termasuk Ibu saya, di sisi lain saya juga harus
mempertahankan Rumah tangga saya agar selalu utuh karena saya telah memiliki 2
anak laki-laki yang masih kecil, masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan
orang tuanya (contoh yang baik). Saya sudah mencoba menjelaskan kepada isteri
saya kalau orang tua saya kangen sama anak-anak kami, dan juga ingin bertemu
dengan isteri saya, namun dia tidak mengerti, dan memangdia agak keras kepala.
Tidak ada yang bisa saya lakukan hanya berdoa
kepada Alloh semoga saja semuanya ini cepat berlalu, dan smoga saja hati isteri
saya lunak, karena hanya Allohlah yang mampuh membolak-balikan hati dan
perasaan, karena Allohlah yang maha kuasa.
Karena kejadian ini sudah lama sayapun
selalu mensiasatinya dengan sering mengunjungi orangtua saya dengan diam-diam
tanpa sepengetahuan isteri saya. Sepintar-pintar saya saja, jika berbagi dengan
orang tua, baik itu materi, ataupun kasih sayang dan perhatian. Dan
alhamdulillah saya juga selalu ada sedikit banyak rejeki untuk mengasih uang
kepada Orang tua saya, karena sering kali saya tidak memegang uang satu sen pun.
Kadang Saya selalu berpikir mungkin
suatu saat memang harus memilih antara
Orang tua atau Keluarga (anak dan Isteri), namun saya tidak bisa memilih,
karena semuanya itu penting bagi saya. Mungkin yang harus saya laukan hanyalah
berdoa dan berusaha, karena saya yakin Alloh selalu memberikan yang terbaik
untuk Hambanya.
Meskipun Kadang saya berpikir mungkin
kalau belum memiliki anak-anak saya bisa ambil keputusan yang tegas, tanpa harus
bimbang, namun saya tidak sanggup jika keputusan saya ini akan di tanggungkan
kepada anak-anak kami.
Sekali lagi Saya hanya bisa berdoa
kepada Tuhan agar memberikan yang terbaik bagi kami semuanya.
Cerita di atas memang bukan kisah
President Blog Farid aslam (penulis) ini, namun saya berani menjamin bahwa
semua cerita ini hanya fiktif belaka, namun di ambil dari kisah nyata beberapa
orang teman saya. Semoga bermanfaat dan ada hikmahnya untuk para pembaca.
Komentar
Posting Komentar