Badai tidak kunjung Berlalu selamanya

Aku tidak memiliki teman selain buku dan pena,
Aku juga tidak memiliki kawan selain lamunan dikala aku sendirian.
Hanya kesedihan seperti ini yang membuatku semangat.
Andai saja tidak ada air mata dalam kehidupanku, mungkin jiwaku akan gersang. Andai saja aku tidak pernah merasakan kesendirian, mungkin otakku akan tumpul, karena percuma aku berada di keramaian, aku tetap akan merasa kesepian.
Mungkin memang tidak ada cinta didunia ini, selain terbungkus Nafsu yang nyata.
Seperti layaknya ilmu yang selalu terbungkus jasa dan harta.
Terkadang aku merasakan begitu dekat dengan seseorang yang tidak pernah ku kenal sama sekali, bahkan kami tidak pernah saling mengenal dan tidak pernah face to face, namun kami selalu bertukar pikiran dan curhat tentang apapun tentang kehidupan kami mulai dari masalah keluarga, pekerjaan dan apapun.
Saat itu Aku bagai manusia yang baru dilahirkan dimuka bumi ini, tanpa tau arah dan tujuan untuk apa aku terlahir? tanpa  memiliki apapun, haruskah merangkak walau kenyataannya aku bisa melompat? Namun aku bebas.
Aku bagaikan rumput liar yang harus selalu hijau agar terlihat indah selamanya, walau tidak ada yang  menginginkan dan selalu terinjak-injak.
Aku adalah awan yang gusar dan bingung bagaimana mereka inginkan, harus mendungkah, harus hujankah, atau memang aku harus menghilang dari mereka agar terik sang Surya membakar mereka.
Jika aku terlahir sebagai malaikat kenapa harus berhati iblis?
Mereka sangat menyukai Ragaku yang berwujud Malaikat, seperti yang mereka lihat selalu. Namun mereka juga suka dengan hatiku yang seperti iblis, karena menurut mereka sangat menyenangkan.
Aku tidak pernah merugikan mereka aku tidak pernah mengusik mereka aku juga tidak pernah meminta bantuan mereka, lalu kenapa mereka selalu menghakimiku seakan tau segalanya tentangku.
Lalu dia, Sahabat pena yang sudah lebih dari 6 tahun berkirim surat melalui post, hilang tanpa kabar, pergi tanpa pamit, entah kenapa entah kemana?
Aku tau aku punya Tuhan, tapi kepergian sang sahabat pena, amat sangat melukai perasaan dan meninggalkan luka tang dalam dan susah diobati.
Entahlah, tuhan memang suka sekali mengambil  orang-orang ku.
Selalu dan selalu.
Aku bagaikan kertas terapung-apung di atas lautan yang luas tanpa tau arah dan akhir dari kisahku ini.
Semoga suatu saat dia,kamu membaca ini dan sadar aku akan selalu menunggu dan menunggu sampai kapanpun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Nama Bulan Dalam Agama Islam

“Abdi” Bahasa Sunda ( Warga Negara )

Kost kosan, kontrakan Murah daerah Bintaro