Sepuluh Hari Bersama Orang Asing

"Saya sudah sampai di Bandung" memberitahu teman chating yang selama ini sudah akrab, yah walaupun kami hanya teman di dunia maya, namun kami terasa sudah lama berteman di dunia nyata. Kami sudah lama bercerita tentang masa hidup kami masing-masing dan kami sama-sama pernah menikah, sama-sama pernah merasakan bahtera rumah tangga, walaupun di posisi yang berbeda. Meskipun aku gagal menjadi seorang suami dan seorang ayah, namun dia masih sukses menjadi seorang Ibu dan isteri seorang (PNS) Pegawe Negri Sipil di kantor Gubernur Jawa barat, ya dia memiliki suami finance di sebuah Kantor Negeri yang berpusat di Kota Bandung.
"Oke, tapi saya pulang ngantor jam 4" dia membalas chat saya singkat dan agak lumayan lama, sekitar 45 menitan. Saya berpikir pasti dia sibuk di kantor, karena besok weekend pasti laporan keuangan dia harus beres.
Aku hanya membalas "ok" berharap tidak menganggu dia.
6 jam sudah saya menunggu di alun-alun, meskipun pegal dan lelah namun saya terlanjur berjanji akan meet up, karena kita akan melanjutkan kisah-kisah kita didunia nyata, bukan hanya di dunia maya saja.
Sebelum kami meet up, dia sudah berjanji akan menjemput saya di stasiun ataupun di terminal bis, namun saya memudahkan dia, saya menunggu di alun-alun Bandung karena lebih dekat dengan rumah dia (Sebut saja Riyana).
Ternyata setelah 1 jam dia pulang kantor, Riyana tidak menjemput saya, dengan alasan dia capek dan banyak kerjaan, alhasil saya naik ojeg on-line dan dia yg order, dan saya yang bayar, sedikit kecewa, bukan karena saya yang bayar, namun karena dia ingkar janji. Tapi saya tetap menjalankan semuanya sesuai rencana kami, bukankah manusia apalagi seorang lelaki adalah kata-katanya yang dipegang, "Ya Sudahlah semua sudah terjadi" guman hatiku agak sedikit kesal.
Sekitar 15 menit perjalanan dengan ojeg online akhirnya saya sampai juga di sebuah Rumah minimalis, saya berhenti dan mencoba menghubungi Riyana, tiba-tiba ada seorang Lelaki menghampiri saya, "kang Farid ya?" Dia menyapa dan bertanya pada saya.
"Iya. Maaf Bapak siapa ya?" Jawab saya penuh tanda tanya.
"Oh perkenalkan saya Ardi, Suaminya Riyana" sambil tersenyum Ardi mengulurkan tangannya mengajak kenalan/salaman
Saya menerima perkenalannya, Ardi adalah suaminya Riyana, tapi kemana Riyana? Gila saya tidak enak hati kenapa Riyana tidak mengasih kabar ya kalau nanti ada suaminya di Rumah.
Saya di ajak masuk sama Mas Ardi, saya dipersilahkan duduk dan Mas Ardi sibuk membuat minuman dan juga menyiapkan cemilan di dapur, namun bisa saya lihat dengan jelas walaupun agak jauh dari ruang tamu dimana saya duduk.
Saya tidak menanyakan keberadaan Riyana walaupun penasaran. Karena saya menghargai mas Ardi yang ramah dan santun.
Oke saya gambarkan tentang mas Ardi : tingginya diatas saya saya kira dia tinggi 173cm, berat badannya 73kg ( kata Riyana) tapi tidak terlihat gemuk, mungkin karena suka olahraga seperti yang Riyana bilang saat kami chatingan.
"Btw kamu suka nulis ya, wah saya sering baca-baca artikel blog kamu lho" tiba-tiba mas Ardi muncul membawa Tray berisi minuman dan juga beberapa cemilan, saya masih diam, lebih tepatnya bahagia merasa dipuji beberapa tulisan blog saya, karena setahu saya tidak ada yg minat membacanya.
"Ayo di minum dan silahakn cemilannya Rid, wah maaf ya gak ada apa-apanya disini" dia setengah memaksa saya untuk minum dan ngemil, sepertinya dia sadar kalau saya sedang melamun.
Saya minum dan ngemil, sambil ngobrol-ngobrol. Ternyata selama ini saya chating bukan sama Riyana saja, terkadang mas Ardi yang balas chatingan saya, jadi saya tidak tau selama ini saya chating sama Riyana apa sama mas Ardi? Gak masalah yang penting pasangan Suami isteri itu tetap friendly, dan selama chatingan juga saya tidak ada unsur yang salah atau Baperan atau kata-kata yang kurang sopan ataupun kurang baik.
"Riyana belum pulang, biasanya kalau jumat dia suka malam pulangnya" Ardi menjelaskan seakan dia tau kalau saya bertanya-tanya dimana Riyana.
"So kamu mau istirahat apa mau ngobrol sama saya?" Mas Ardi berkata seperti itu saya jadi bingung, saya lelah, namun juga masih asik ngobrol, saya tidak menjawab hanya tersenyum saja.
"Oke kamu istirahat saja, mari saya antar ke kamar kamu" Ardi setengah memaksa dan membawakan tas saya, saya hanya mengangguk dan mengikuti dia naik ke lantai atas, kamarnya lumayan luas, di lantai atas ada 3 kamar, ada ruang tengah juga lengkap dengan TV dan soundsystemnya, Komputer dan juga memakai Wi-Fi, kamar mandinya cuman 1 di luar kamar.
Mas Ardi menunjukkan kamar mandi, ruang nonton tv, dan tempat Mineral water botolan dua karton. Katanya tidak ada galon karena terlalu berat ngangkatnya.
"Selamat istirahat" mas Ardi sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan saya, setelah dia menunjukkan dan menjelaskan fasilitas lantai atas, kamarnya lumayan sangat nyaman AC nya tidak saya nyalakan karena saya tidak suka dingin. Saya mandi, solat isya dan nonton TV, gak lama kemudian saya ketiduran depan TV sampai terlelap, saya mendengar ada yang naik ke lantai atas dengan pelan, tapi saya ngantuk malas untuk lihat, hanya membuka mata setengah, ada yang mematikan TV, dan menyelimuti saya, saya ingin bangun namun saya tahan karena tidak enak dan juga malu, saat orang itu pergi ke tangga mau turun, saya membuka mata melihat Sepertinya orang yang mematikan TV dan menyelimuti saya adalah Riyana, soalnya saya lihat dia seorang wanita, meskipun tidak jelas, tapi saya yakin dia seorang wanita.
Adzan subuh sangat jelas terdengar, sepertinya Masjid begitu dekat, namun saya tidak melakukan sembahyang Subuh di masjid, karena gak enak sama tuan rumah, pintu semuanya dikunci, begitupun gerbangnya
Setelah saya selesai Sholat subuh di kamar, Saya membaca Surat Yaasin, karena itu kebiasaan saya sudah lama. Lalu saya kembali ke kamar dan tiduran dengan pintu masih terbuka.
Beberapa menit kemudian, mas Ardi mengetuk pintu, walaupun pintu terbuka. "Hai, selamat pagi mas Ardi" sapa saya sedikit kaget dia tiba-tiba mengetuk pintu kamar yang terbuka.
"Selamat pagi Rid, ayo kita lari pagi? Saya tunggu di bawah ya?" Dia ngajak atau nyuruh ya? Gak nanya mau lari pagi gak, ya sudah saya cuci muka, gosok gigi, pakai minyak rambut, ganti baju lalu turun.
"Kamu pakai sepatu ini saja" mas ardi menunjukan sepatu yang Rapi tersimpan di rak sepatu begitu banyak, saya bingung mau memakai sepatunya yang mana? Akhirnya saya memilih sepatu Running sesuai warna favorit saya yang Biru. Pas saya ambil, mas Ardi tersenyum girang, saya kaget dan bingung, lah kenapa ya?
"Saya tidak menyangka Rid, itu sepatu favorit saya lho, meskipun sepatunya sudah lama sekali dan saya masih suka memakai sepatu itu"
"Saya suka aja mas, ini warna favorit saya Biru" ucap saya sedikit tersipu malu, namun tetap saja memakainya, sedikit longgar di kaki saya.
"Iya, saya tau semua tentang kamu Rid, Riyana suka membicarakan kamu kok, tapi itu sepatu kesukaan saya karena memiliki banyak kenangan indah"
"Iya mas, maaf kalau saya salah ambil"
"Lah, kan saya yang suruh kamu milih yang mama saja, gak usah sungkan" mas Ardi menepuk-nepuk pundak saya.
Dan kamipun lari, keliling komplek perumahan sekitar rumah mas Ardi, Riyadi juga ikut, Riyadi anak kedua mas Ardi dan Riyana, usianya 3 tahun, anaknya lucu dan smart, Alhamdulillah Riyadi suka juga sama saya dan gak sungkan kalau ngobrol dan saya gendong juga dia mau.
Ternyata di taman perumahan mas Ardi banyak juga yang lari dan olahraga, mungkin karena hari sabtu, banyak yang menyapa mas Ardi, ada juga beberapa yang nanya mas Ardi dan Riyadi, mas Ardi juga gak segan mengenalkan saya pada para tetangga yang sedang olahraga di taman, mengenalkan saya sebagai saudara istrinya ya katanya saya saudara Riyana dari kampung, geli sekali mendengar itu, tapi senang saja sih saya di anggap sebagai saudara, sepertinya mas Ardi sangat familiar di komplek rumahnya, banyak yang nyapa sepanjang perjalanan dan di taman juga.
Jam 9 kami pulang, Riyadi masih ingin di gendong sama saya, saya sih senang aja, namun mas Ardi melarang Riyadi, dan disuruh jalan kaki. Saya hanya tersenyum dan memberikan kedipan mata kanan sama Riyadi, Riyadi masih cemberut berjalan sambil menundukkan kepalanya.
Sampai di rumah Riyana sudah menyiapkan makan di meja makan, dan dia sudah rapi, saya menghampiri dia dan menyapanya lalu menganggukan kepala dan salaman tapi tidak bersentuhan, dia tersenyum lalu mengalihkan perhatian "ayo makan dulu semuanya"
Saya duduk dekat Riyadi, Riyana duduk sampingnya mas Ardi, saya hanya diam dan bingung harus melakukan apa? Kalau di chat saya biasanya bawel dan apa saja di obrorkan, tapi di dunia nyata haduh, saya langsung gak bisa berbuat apa-apa, saya juga bingung yang paling sering chat sama saya itu Riyana apa mas Ardi? Ah sudahlah terserah.
"Oke makannya surah beres, giliran para Lelaki bersih-bersih badan (mandi) kita berangkat jalan-jalan" Riyana memulai percakapan, karena semenjak makan kita semua berdiam.
"horeee!!!" Riyadi senang dan mengangkat kedua tangannya.
Saya pamit duluan, dan naik ke atas mandi dan mau bersiap-siap. Setelah selesai mandi dan berdandan Rapi saya turun.
Ternyata Riyadi surah menunggu dekat mobil dan bermain game di Tab, saya menghampiri dia.
"oom bisa gak main ini?" Riyadi memberikan tab pada saya.
"Wah dede, om tidak bisa main, dede aja ya, om nonton" aku menolak dan duduk samping Riyadi.
Lalu datang Riyana, dam mas Ardi, aku membukakan gerbang garasi.
"Farid kamu di depan saka sama mas Ardi ya, saya di belakang sama Riyadi" mendengar perintah Riyana saya hanya mengangguk lalu saya masuk mobil di depan.
"Mom kita mau kemana" tiba-tiba Riyadi bertanya.
"Kita akan keliling Bandung, kasihan Oom nya belum tau Bandung" senyum-senyum mas Ardi melirik saya, saya hanya diam saja.
"Ih papa jahat ya om" sergah Riyana sedikit tersenyum.
"Tidak apa-apa, saya memang belum tau Bandung, walaupun orang Bandung" sedikit Malu saya mengakui.
Dari situ kami mulai berbicara banyak hal selama diperjalanan, tapi Riyana lebih banyak diam saja, saya dan mas Arsi saja yang banyak berbicara.  Kita keliling  Bandung, antar mall-mall terbesar dan terbaik di Bandung.
Mas Ardi dan Riyana berbelanja kebutuhan di supermarket, saya mendorong troli, Riyadi duduk di atas troli, mas Ardi dan Riyana sibuk memilih dan kadang membaca label dan tgl kadaluarsa barang yang hendak mereka beli
"Om mau beli apa?" Tanya mas Ardi tiba-tiba pada saya
" Tidak ada mas, lanjut aja"
" Minuman atau cemilan, kan kamu nanti di rumah sendirian lho, saya dan Riyana kerja" mas Ardi meyakinkan saya.
Saya bertanya-tanya, lah bukannya saya senin pagi akan pulang, dan besok Minggu sehari lagi saya di rumah mereka.
"Susu aja yah, Oom tidak suka kopi soalnya" tiba-tiba Riyana nimbrung dan membuat saya kaget
"Oke" mas Ardi menjawab dan bersalaman dengan Riyadi.
Mas Ardi semangat berbelanja dengan Riyana, mereka memilih beberapa buah-buahan dan menimbangnya, saya asik bercanda bermain sama Riyadi, kadang kalo troli berdekatan dengan Rak/etalase tempat display barang Riyadi iseng selalu mengambil apapun yang diraihnya dan memasukkan ke Troli, lalu aku kembalikan ke tempat display, dan menjauhkan Troli dari rak display. Riyadi masih betah duduk di troli yang saya dorong. Aku terus mengikuti mas Ardi sama Riyana yang asik memilih-milih apapun yang hendak mereka beli, kadang mereka membaca label kadaluarsa, label halal, label komposisi atau apapun entahlah, pokoknya mereka sangat lama kalo membeli satu barang saja, diperiksa dan dibaca terlebih dahulu.
Aku terus mengikuti mereka sambil sekali-sekali bercanda dengan Riyadi layaknya aku anak kecil, namun aku pura-pura diam dan memperhatikan area supermarket sambil menahan rasa ingin ketawa, ketika mereka menengok saya, tapi saya yakin mereka tau kalau saya bercanda sama Riyadi, terlihat mereka tersenyum-senyum dan melirik kami dengan hati-hati.
Selesai belanja kami jalan-jalan aku masih mendorong troli, sambil makan Roti yang tadi  dibeli.
"Wah Oom nya lapar Dede" tiba-tiba Riyana menengok saya, lalu mas Ardi mengambil alih troli yang saya dorong
"Biarin mas, saya aja" saya tidak melepaskan tangan saya dari troli. Riyana tersenyum menghampiri kami, "Dad belanjaannya masukin mobil aja, Bunda nyari tempat makan takutnya pada penuh" ucap Riyana sambil menggendong Riyadi yang dari tadi asik makan eskrim dan duduk di troli.
"Dikampung kamu ngapain saja Rid?" Mas Ardi mengawali percakapan saat kami berjalan menuju elevator turun. Saya tidak tau letak Mobil mas Ardi diparkir, makanya saya hanya mengikutinya dari belakang.
"Makan tidur nonton saja mas" jawab saya singkat sambil tersenyum
"Kamu dulu pernah bekerja di kantor pemerintah ya?"
"Iya mas, setahun yang lalu"
"Oh ya rencana kamu pulang kapan Rid?"
"Senin pagi aja, insyaallah"
"Lah cepet banget, jangan lah, jangan Senin"
"Memangnya kenapa mas? Saya tidak boleh lebih dari tiga hari"
"Kenapa Rid, takut orang rumah nyariin ya? Hehehe" mas Ardi ketawa sambil menepuk kepala saya, seakan saya anak kecil
"Ups, rambut kamu keras banget Rid, wah saya terluka, hahahhaa" candanya
"Ya sudah nanti cuci tangan saja mas di toilet"
Akhirnya sampai di basemen dan saya memasukan barang belanjaan ke belakang mobil. "Eh itu minuman buat kamu rid Ambil aja"
"Tapi saya tidak suka soda mas"
"Ya sudah buat saya saja, tapi kamu jangan bilang sama Riyana ya"
"Ok" candaku sambil mengunci bibirku, seakan ada resletingnya.
Lalu kamu ke toilet untuk cuci tangan dan melanjutkan jalan menuju Riyana yang entah dimana.
"Coba om telpon istri saya dimana mereka?" Perintah Mas Ardi, sepertinya mas ardi tidak bawa HP tasnya td dititip sama Riyana
Belumlah sempat saya menekan tombol telpon Riyana udah kirim gambar ke wa saya.
"Mas disini" ucap saya sambil memperlihatkan foto yang dikirim Riyana.
"Ok, ayo om" Mas Ardi langsung mempercepat langkahnya, aku juga mempercepat langkah tak mau ketinggalan.
"Aku udah pesenin tenderloin steak buat kalian, soalnya takutnya kalo yg lain lama, ngantri, gak apa-apa kan?" Ucap Riyana saat kami mau duduk. Aku hanya tersenyum dan duduk dekat
Riyadi yang lagi asik makan French fries aku melihatin dia yang lagi asik, lalu Riyadi melihatku dengan cuek, aku mengedipkan mata kananku, eh Riyadi malah menyuapiku, aku agak malu tidak enak sama Mas Ardi dan Riyana, tapi Riyadi maksa, akhirnya saya buka mulut, dan ternyata French fries nya malah dimakan sama Riyadi, aku cemberut dan membuang muka, Riyana dan mas Ardi tertawa lepas.
"Oh ya minumnya blm pesan, kalian pesan saja masing-masing" Riyana memberitahu kami.
"Ayah jus sirsak saja ya" Riyana mendahului mas ardi, lalu memberikan buku menunya ke saya.
"Saya jus Alpukat saja, jangan pake gula ya, kalo susu boleh" ucap saya pada pelayan restoran yang dari dari di panggil sama Riyana.
Usai makan kami langsung pulang, tadinya mau sholat di mall tapi karena repot  akhirnya kami sepakat Sholat di rumah saja. Sepanjang perjalanan Riyadi dan mamahnya tidur di belakang.
Saya perhatikan mas Ardi melirik ke kaca spion dan sekali-kali minuman Soda yang dia ambil tadi, lalu menyimpannya dekat saya, agar di kira Riyana itu minuman saya. Aku diam saja namun kulihat mas ardi senyum-senyum dan mengedipkan matanya dan menaruh jari telunjuk di bibirnya ( berarti jangan bilang-bilang). Karena Riyana sangat tidak suka jika mas ardi merokok dan minum Soda, kalo merokok mas ardi sepenuhnya berhenti, namun kalo minuman soda mas ardi tidak bisa, makanya suka sembunyi-sembunyi.
"Dad nanti kita nonton jadi kan?" Riyana tiba-tiba bertanya, mas ardi yang sedang minum kaget lalu memberikan minuman soda itu pada saya.
"Jadi dong, ya kan om?" Ucap mas ardi dengan tenang, dan saya hanya diam saja

**Bersambung**

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nama Nama Bulan Dalam Agama Islam

“Abdi” Bahasa Sunda ( Warga Negara )

Cerita Dewasa Aku dan ibu kost ( life stories )